Mereka bergumul bermandikan cahaya purnama di pertengahan bulan. Menari – nari diiringi desau angin yang mengalunkan melodi picisan. Sepertinya menggairahkan, hingga merelakan tubuh terombang ambing di bawah hentakan nada yang dialunkan similir angin malam. Aku bergeming di balik benteng yang ku bangun dengan sedikit keangkuhan, tiada peduli pada rayuan bulan yang mampu menlenyapkan kepekatan malam. Dengan santai aku tetap meringkuk dalam bilik temaram ditemani jelaga hitam yang membumbung liar menghiasi langit-langit kamar. Desahan dalam balutan derai tawa tidak mampu menggelitikku sedikitpun. Tiada menarik bagiku yang merindui cahaya sejati. Ratusan kali purnama menyembul indah, hanya memberikan semburat harapan kosong di mataku. Aku tak sudi merelakan diri ini terkatung-katung ditunggangi rembulan dengan cahaya maya. Bukankah lebih baik seperti ini, menggantungkan asa pada sinar abadi.
2011/01/24
Moonlight
Mereka bergumul bermandikan cahaya purnama di pertengahan bulan. Menari – nari diiringi desau angin yang mengalunkan melodi picisan. Sepertinya menggairahkan, hingga merelakan tubuh terombang ambing di bawah hentakan nada yang dialunkan similir angin malam. Aku bergeming di balik benteng yang ku bangun dengan sedikit keangkuhan, tiada peduli pada rayuan bulan yang mampu menlenyapkan kepekatan malam. Dengan santai aku tetap meringkuk dalam bilik temaram ditemani jelaga hitam yang membumbung liar menghiasi langit-langit kamar. Desahan dalam balutan derai tawa tidak mampu menggelitikku sedikitpun. Tiada menarik bagiku yang merindui cahaya sejati. Ratusan kali purnama menyembul indah, hanya memberikan semburat harapan kosong di mataku. Aku tak sudi merelakan diri ini terkatung-katung ditunggangi rembulan dengan cahaya maya. Bukankah lebih baik seperti ini, menggantungkan asa pada sinar abadi.
Posted in: Cupid Poems
0 comments:
Post a Comment