Siang itu, pas istirahat Adi kebetulan lewat di depan perpustakaan. Tak sengaja matanya tertuju pada Ayu yang lagi asyik baca buku di sana. Adi pun masuk menghampiri Ayu,”Lagi nyari buku apaan,Yu?”sapa Adi pada makhluk manis yang tengah mencari-cari buku di rak sembari asyik membolak-balikkan buku-buku di tangannya.
Ayu sibuk dengan buku-bukunya. Seperti biasa, mendengar sapaan Adi ia hanya diam, cuek tulen, menoleh pun tidak. Adi geleng-geleng kepala. Ini adalah target yang paling sulit ditaklukan, jurus-jurus jitunya hampir habis. Padahal ia sudah mati-matian nyari perhatian tuh cewek. Ia bertekat untuk tidak menyerah dengan kecuekannya. Pokoknya enggak menyerah, atau ia akan menjadi bulan-bulanan kekonyolan teman-temannya di X.D, yang kondang sebagai markasnya para playboy norak.
“Hai, lagi nyari buku apaan tuh?” ulangnya berharap Ayu menengok, lantas tersenyum, lantas membalas sapaannya, lantas…
“Eitt…. Benar, dia menoleh!
“Buku sastra!” singkat. Tak membiarkan Adi bernafas lega. Adi menggerutu dalam hati, merasa sayang atas senyum manisnya yang hanya dilirik sekilas. Padahal, itu adalah senyumam termanis yang pernah ia buat. Si cuek hanya menjawab sesingkat itu? Fuih…. Apa mungkin senyumannya kurang gula?
Ayu berjalan menuju sebuah meja, kemudian ia duduk sembari asyik membaca buku di tangannya. Adi mendekati Ayu. “Ehm, boleh gue duduk disini?
Ayu sibuk membolak-balik buku di tangannya .“Boleh aja, ehm! Jawabnya. Dehemnya persis sama dengan dehem Adi. “Wuah, bisa ngebanyol juga lo!” Adi kegeeran, merasa langkah pertama mulus tanpa hambatan.
“Dari pada sendirian lebih baik gue temenin, mana tau gue bisa bantu nyariin buku yang lo cari!” lanjut Adi, segera ia menggeser bangku tepat disebelah gadis itu duduk. “Nah, sekarang gue duduk disini nih, begini”, ungkap Adi menghayati perannya sebagai Vic Zhou seperti dalam film-film romantis Mandarin.
Tapi baru beberapa detik, ia duduk. Ternyata si cuek berjalan ke rak, mengembalikan buku yang dibacanya tadi. Kemudian, ia berlalu pergi begitu saja. Tidak menpedulikan kehadiran Adi.
“Hai kenapa pergi?”, Adi bengong , ia tak menyangka secepat itu ia ditinggalkan. “Kalau lo nggak mau gue duduk disini, nggak apa-apa, ngomong aja, gue nggak maksa kok..!” Seru Adi jengkel. Tapi gadis itu hanya melambaikan tangannya “Boleh kok, emangnya tempat ini punya gue? Kebetulan aja gue mau balik ke kelas, yuk ah…!
Adi menbanting tinjunya. Kesal. Cuma satu hal yang membuat Adi agak bingung dan panik. Jika kekurangannya yang satu ini bisa dihilangkan maka sempurnalah semuanya. Ya…kecuekan itulah kekurangan yang mengganggu. Ayu adalah tipe cewek yang super-super dingin, ketus, dan rada-rada jutek. Bayangin aja, Adi yang udah pengalaman menggaet cewek dari berbagai tipe en terkenal sebagai playboy tulen itu harus babak belur terbentur sikapnya yang cuek kayak bebek.
Semua jurus Adi sia-sia. Padahal ia sudah mengeluarkan semua jurus andalannya. Mulai dari ajian kunyuk penakluknya Wiro Sableng, jurus mabuknya Fang Sai Yuk, jurus kedipan mata Piere Roland di sinetron Gerhana, bahkan ajian Waringin Sunsang dari perguruan Saba. Sampai dia yang rela nyunsang sana nyunsang sini demi merebut perhatian Ayu. Tapi buntutnya tak satu pun yang membuat Ayu sekedar melirik.
“Padahal, Yu! Gue Cuma pengen lo sekedar senyum, sedikit aja,”desah Adi merenungi kemalangan nasibnya. “Kalo lo mau memberi senyum lo, hati gue pasti dingin bak keguyur es krim,” diakui maupun tidak hanya Ayu seorang yang menyita perhatian Adi sepanjang jam pelajaran.
Adi menancap sepeda motornya sekencang mungkin. Ia takut kalau terlambat lagi, karena pagi ini ada ulangan Fisika sama ibuk Tita yang killer abis. Bisa-bisa ia tidak jadi ulangan gara-gara terlambat. Telat lima menit aja enggak dibolehin masuk. Ia harus sampai di sekolah sebelum bel berbunyi. Paling tidak sampai pak satpam siap-siap menutup pagar.
Tiba-tiba ia menghentikan motornya di depan sebuah rumah bercat kuning. Persis di sana tampak Ayu yang udah siap-siap mau berangkat sekolah. Dia celingak-celinguk sambil melihat jam tangannya. Sepertinya Ayu lagi menunggu kendaraan umum yang lewat.
Adi mengambil kesempatan, mana tau cewek incerannya itu mau dianterin. Sekalian bisa pedekate. Adi membunyikan klakson motornya,”Ojek Mbak?”seru Adi mengagetkan Ayu. Yang ditanya pun menoleh, ia mengira kalo itu Mr Ojex yang ditunggu-tunggunya. Tapi, ternyata malah wajah cowok menyebalkan itu yang muncul.
“Eh, Adi tumben lo bawa motor sendiri, biasanya cuma naik angkot, udah dapat izin ya dari bokap? Bokap lo kan paling anti kalo anak kesayangannya lecet, walau cuma sedikit aja,”ujar Ayu sedikit menyindir. ”Lo jangan ngeledek dong, gini-gini gue pernah jadi anggotanya Racing FC, tau nggak,” Adi menjawab dengan muka gondok.
Memang sih, Adi baru dapat izin dari bokapnya untuk bawa motor sendiri. Setelah kecelakaan bulan lalu,yang membuat Adi harus berbaring di rumah sakit selama satu minggu. Motornya pun rusak berat. Makanya motor diblokir sama bokapnya.
“Mau bareng nggak?dari pada lo entar telat ,”Adi memberi tawaran kepada Ayu. Ia berharap sekali kalau tawaran itu enggak ditolak .
“Nggak deh, makasih,” jawab Ayu singkat. Terkesan angkuh.
“Belagu lo, sok jual mahal amat,” rutuk Adi pelan.
“Apa lo bilang?” seru Ayu sewot.
“Eh, nggak jadi, lewat! Ayolah… bareng sama gue, kan jarang-jarang gue bawa motor ke sekolah, mau ya?”ucap Adi dengan tampang memelas.
Setelah berpikir-pikir, Ayu pun menerima tawaran Adi. Sebenarnya sih dia mau barengn sama Adi, dari pada telat. Tapi dia tengsin banget, hatinya terlalu sombong untuk menuruti ajakan cowok itu, habis dia udah sering bikin Adi gondok. Tapi itu cuma rekayasa kok. Dia pingin tau, sampai kapan Adi bisa tahan dicuekin.
“Oke deh”
“Yes!!” Adi bersorak kegirangan
Ayu langsung menclok di belakang Adi.
“Sekarang kita kemana Mbak?”kata Adi pura-pura nanya dengan gaya tukang ojek sambil menstarter motornya.
“Kondangan”jawab ayu spontan.
“Siapa yang kawin?”
“Itu tuh si Bleki sama anjing tetangga,”jawab Ayu kesal.
“Udah ah, nggak lucu, cepetan jalan dong entar terlambat lagi!”
“Iya tuan putri,” Adi pun langsung melarikan motornya. Hatinya berbunga-bunga , karena bisa berduaan dengan Ayu. Walaupun hanya sekejap. Tapi tak apa lah, sekedar melepas rindu. Sebab semalaman matanya tidak bisa terpejam karena selalu memikirkan gadis itu. Bahkan Ayu sering kali hadir menghiasi mimpinya.
“Nggak pegangan nih, ntar jatuh lho?”ucap Adi polos.
“Idih! Nggak bakalan dech. Emang situ pacar saya, pake pegang-pegangan segala!” ucap Ayu sewot.
“Ye…lo kok sensi banget sih, siapa suruh situ megang saya. Orang cuma mau nyuruh pegangan sama jok belakang kok!” balas Adi membuat Ayu tak berkutik
“Dasar!”
“Cepat dikit napa sih? Udah telat nih! Lelet banget katanya anggota geng motor, tapi kok lelet gini? Ini mah, bebek cepatan bebek”, seru Ayu nyerocos. “Iya ah bawel, bisa diam nggak sih,”Adi menambah kecepatan motornya. Ia kontan aja ngebut ditengah keramaian jalan raya dengan memotong laju kendaraan didepannya. Tidak peduli dengan sumpah serapah para pengemudi lain. Ia tak merasa gentar sedikit pun, karena sudah biasa kebut-kebutan sama teman-temannya di sircuit balap motor. “Ini baru bebek yang paling liar! ”seru Adi menirukan iklan sepeda motor di TV.
Untung saja mereka bisa sampai disekolah pas bel berbunyi, kalau enggak, bisa berabe. Adi memarkirkan motornya di tempat parkir.
“Thank’s ya, Di!” ucap Ayu dan segera berlari menuju lokal. “Sama-sama! Hei! Tungguin gue dong, main kabur aja!” seru Adi sambil mengejar Ayu yang sudah hilang diantara kerumunan siswa lainnya.
Sialan!
Dua minggu lagi ada acara pagelaran di sekolah, Adi dipilih sebagai ketua pagelaran, dan kebetulan banget Ayu yang jadi sekretarisnya. Wah! Ini menjadi peluang Adi untuk menarik perhatian Ayu. Dia bisa dengan leluasa mendekati Ayu dengan alasan pagelaran seni. Kesempatan ini bisa dijadikan ajang pedekate. Jadi tidak boleh di sia-siakaan.
“Ri, bantu gue dong, gimana cara gue bisa bicara face to face sama Ayu. Lo kan tau, kalau dia itu sulit diajak ngomong berdua. Gue ajak ngobrol, eh malah dicuekin, atau dijawab ketus sama dia. Kalau gue deketin, dianya malah kabur. Kayaknya dia ogah banget kalo gue deket-deket sama dia,” keluh Adi pada Ari, teman sebangkunya.
“Payah lo, gitu aja nggak bisa, heran gue, seorang Adi bisa dikacangin sama cewek. Nggak salah tuh, bisa jatuh nih reputasi lo sebagai playboy tulen,” Ari menimpali. “Biarin aja yang penting bagai mana caranya agar gue bisa ngedapetin Ayu. Tau nggak lo? Ni cewek benar-benar target yang paling sulit gue taklukin, bayangin aja, semua jurus andalan gue, nggak ada yang mempan, Pliss tolongin gue!”
“Eh, lo kan jadi ketua pagelaran nih. Nah lo gunain tuh kesempatan untuk ngedekatin Ayu. Dia kan sekretaris. Lo bisa ajak dia ngobrol berduaan, bilang aja mau ngomongin urusan pagelaran seni, pasti dia mau deh!” jelas Ari singkat.
“Bagus juga ide lo,” Adi manggut-manggut.
“Ari gitu lho!” seru Ari menepuk dada bangga.
“Kalo dia nggak mau gimana?” Adi masih ragu.
“Gue yakin , dia pasti mau, dia itu kan tipe cewek yang bertanggung jawab sama tugasnya. Percayalah deh ama gue,” kata Ari meyakinkan Adi.
“Pulang sekolah anak-anak kan mau latihan ensambel di hall, entar lo bilang sama dia kalo gue mau ngomong, bilangin juga ada tugas buat dia, penting!’’ perintah Adi.
“Ngak mau ah, lo aja yang bilangsama dia, gue lagi sibuk nich,” jawab Ari ogah-ogahan.
“Ya…elo, gimana sich, katanya teman, masa minta tolong dikit aja nggak mau, gue nearvous nih. Sekarang aja jantung gue udah deg-degan, tolongin gue dong pliss!” ucap Adi dengan tampang memelas.
“Idih…enggak segitunya kale. Cemen lo!! Iya deh, ntar gue bilangin. Tapi jangan lupa komisi buat gue. Biasa, traktiran!” kata Ari
“Ok, entar pulang sekolah gue tunggu di taman dekat kolam tapi ingat, harus face to face,” lanjut Adi. Ari mengangguk, ”Sip” sambil mengacungkan kedua jempolnya ke arah Adi.
“Teng…teng…teng!”
Bel tanda pulang berbunyi, Adi menghembus nafas lega. Memang ini yang ditunggu-tunggunya sejak tadi. Ia langsung menuju taman dekat kolam, buat menemui Ayu. Namun ia belum menemukan sosok gadis itu di sana. Adi duduk di bangku taman sambil menunggu kedatangan Ayu dengan perasaan harap-harap cemas.
Kemudian ia bangkit berdiri dan berjalan mondar-mandir kayak setrikaan sambil mengingat-ngingat kata-kata yang yang tepat buat ngomong sama Ayu nanti. Adi sudah tidak sabaran buat ketemu sama Ayu, jantungnya mulai terasa berdegup kencang. ”Yu, lo dimana sich?” gumam Adi. Tiba-tiba seorang cewek dengan jaket biru muda berdiri dibelakangnya.
“Ada tugas?”
Adi kontan terlonjak, maklum dia sedang mengingat-ngigat sayair lagu romantisnya Westlife untuk didendangkannya khusus untuk Ayu. Kedatangan ayu yang secara tiba-tiba tentu saja membuat syair yang telah diingatnya kembali berhamburan keluar.
Adi membalikkan tubuhnya. “Eh bikin kaget aja, salam dulu kek! Udah lama datangnya?” tanyanya basa-basi, agak melenceng dari rencana semula. Sebab kata-kata puitis yang diajarkan Ari sudah lenyap entah kemana. Dadanya terlanjur dag dig dug tidak karuan.
Gadis itu masih diam. “Udah lama?”ulang Adi.
Kali ini Ayu menjawab ,”Belom..!”
“Jadi baru sebentarkan?”
Kembali diam.
“Pengen lama nggak?”
“Nggak!”. Ketus
“Tapi gue pengen!” sambar Adi langsung ke pokok bahasan. Kata pengantar yang sudah disiapkan berlembar-lembar kini tidak terpakai sama sekali! Raib entah kemana.
“Tadi kemana aja sih? Kok lama banget,“ tanya Adi. “Gue lagi latihan ansambel di hall”, jawab Ayu.
“Apa gue mengganggu?” tanya Adi
“ “Kalo sekarang sih, kayaknya nggak, soalnya lagi istirahat,”jawab Ayu.
“O… gitu ya, ada keperluan apa? Tanya Adi lupa bahwa tadi ia menyuruh Ayu datang kemari.
“Lho? Kan lo yang nyuruh, gue kesini berdasarkan perintah Ari, katanya ada proposal yang musti gue selesaikan, terus dia bilang ada tugas buat gue,” ucap ayu kesal.
“Mmm… Bagus,”Adi manggut-manggut.
“Jadi lo, tipe cewek yang tertib dan bertanggung jawab”
“Ya… Begitulah”, Ayu mengangkat bahunya.
“Trus, apa yang mau lo sampaikan dan mana tugas buat gue?” tambah Ayu.
“Mmm… Sebentar. Kenapa terburu-buru?”
“Heh, memangnya buat apa dibuat lama? Cepatan dong gue harus balik ke hall nih”. Ayu makin jengkel sama sikap Adi.
“Ya… Paling tidak lo tau kalau tipe cewek bertanggung jawab ini gue paling suka, lo sendiri?
“Sama gue juga suka”
Adi terperanjat, tak menyangka jawaban ini terlalu cepat ia terima, diluar dugaan.
”Oh… Ah! Jadi lo juga sika sama gue!” ujar Adi dengan mata berbinar.
Ayu kontan jadi manyun sembari menbuang muka.
“Siapa bilang? Yakin banget sih lo, yang gue maksud, gue suka ada orang yang bersikap tertib dan bertanggung jawab, untuk itu gue mempraktekkan. Dasar telmi!!” sinar mata Adi meredup, wajahnya yang ceria langsung berubah murung. “Sorry deh habis gue sempat terpana, tapi sebenarnya lo suka enggak ma gue?” ujar Adi menyelidiki perasaan ayu terhadapnya.
“Mm…Gimana ya? Kayaknya enggak dech!”
“Kenapa?”
“Nggak suka aja, apalagi cowok yang suka cari-cari alasan, cowok merk beginian mah gue paling sebel!”
“Nyindir…”
“Terserah aja, kalo lo merasa tersindir, gue cuma bicara apa adanya, memang kenyataannya demikian, biasanya cowok sejenis ini sangat dekat tipikal kucing kan?”
“lho…”
“Manisnya pas di depan kita doang, giliran lengah sedikit aja, dia sudah nyamber ikan asin,”
“Busyet! Gue salah apa? Padahal gue cowok romantis, penyabar, setia, dan…”
“Mata keranjang”
“Adi memiringkan tubuhnya seperti pejudo yang siap berlaga. “Lo jangan bikin gue salting dong!” seru Adi kikuk
“Lho, salah lo sediri, kenapa gue yang dituduh. Lo yang repot-repot manggil gue, pake alasan proposal segala. Padahal kan yang namanya proposal pagelaran seni udah dari kemarin-kemarin gue kelarin. Memangnya gue apaan? Eh giliran datang lo malah pakai bertanya bak wartawan. Lo pikir gue enggak tau belang lo? Sekarang mana tugas yang katanya buat gue!” cerocos Ayu menuding Adi.
“Tunggu dulu!” Adi mati kutu. “Ada satu pertanyaan lagi,” ujar adi. “Apaan?” Ayu menatap Adi.
“Ini enggak ada hubungannya sama pagelaran seni, tapi lo mesti jawab. Mm…lo suka tipe cowok kayak gimana?”
Ayu diam.
”Jawab dong!”
“Gue suka cowok yang ganteng, tinggi, dewasa, pintar, enggak suka ngelaba, nggak playboy, terus nggak pecundang,” Ayu berkomentar, sementara Adi mendengar dengan lemas.
“Beda banget ama gue! Terus gue nggak masuk kategori dong?”
“Emang, nggak!”
“Yu…! Lo suka nggak kalo ada orang yang menyukai lo?”
Ayu diam, kayaknya dia tidak terlalu memperhatikan Adi bicara barusan. Pandangannya tertuju pada anak-anak yang sudah mau mulai kembali latihan di hall. Adi tidak peduli, ia terus melanjutkan kata-katanya biarin Ayu mau dengar apa nggak, yang penting ia sudah jujur pada perasaannya sendiri.
“Cowok itu biasa-biasa aja,enggak ganteng,nggak pintar,banyak kekurangan, tapi dia mau merubah sifat jeleknya demi lo, dan yang terpenting dia punya kemauan buat menjaga lo dan bikin lobahagia”
Mendengar ucapan itu Ayu langsung menoleh ke arah Adi. Ia memandang wajah Adi, dalam matanya menatap kedua bola mata Adi lekat-lekat. Membuat Adi tertegun, berdiri seperti patung. Kemudian Ayu tertawa,”Lo kenapa? Tumben ngomongnya puitis banget,” Ayu kembali melempar pandangannya ke hall. Ia membalikkan badan membelakangi Adi.
“Siapa sih, orangnya?”
“Sebenarnya orang itu gue, suer, gue serius suka sama lo, apa lo nggak sadar kalo selama ini gue ada perasaan sama lo, gue pedekate buat ngedapetin lo. Gue nggak mau ngebohongin perasaan gue sendiri.” Adi menyatakan perasaannya. Tapi Ayu tidak mengomentari perkataan Adi, dia hanya diam. Membuat Adi merasa diacuhkan.
“Ayu...!Lo dengerin gue nggak sih, dari tadi kayaknya lo nggak mendengar apa yang gue omongin”
“Iya …gue denger kok.“ Ayu berbalik menghadap Adi, “Lo bilang akan mengubah sifat jelek lo, dan bikin gue bahagia, iya kan?”
“Terus gimana, lo mau nggak menerima gue?” Adi kembali melontarkan pertanyaan kepada Ayu.
“Kalau yang ini entar dulu, gue harus memikirkan jawabannya, mau menungggu kan?”
“Berapa lama?”
“Seminggu deh”
“Ya , boleh lah”
“Terus sekarang?
“Lo boleh kembali ke hall
“Balik ke hall? Yang benar aja? Tugas buat gue mana? Tanya Ayu,
“Seminggu lagi deh.” Adi tersenyum penuh arti
“OK!!” Ayu membalas senyuman Adi. Senyum terindah yang pernah diberikannya untuk Adi. Ayu pun membalikkan badan dan melenggang menuju hall, sambil tersenyum, ternyata cowok yang selama ini ia sukai akhirnya menyatakan cinta padanya, dan sang playboy telah berhasil ditaklukan.
0 comments:
Post a Comment