Catatan Hati di Setiap Sujudku


Membaca buku  Catatan Hati di Setiap Sujudku  (Asma Nadia, dkk ) membuatku merasa ditonjok. Buku yang berisi kisah sejati orang-orang yang memiliki ketabahan luar biasa dalam menjalani ujian dari Allah ini mampu membuatku termenung menyadari kekhilafanku selama ini. Air mataku menetes tanpa sengaja, mendesak ingin keluar tatkala mencerna satu-persatu hubungan mesra yang terjalin antara orang-orang ajaib ini dengan Allah. Mereka berkomunikasi dengan Sang khalik melalui doa yang khusyuk dan tak henti-hentinya.
“Allah, Engkau tahu betapa tertatihnya hamba dalam meniti jalan ke surga-Mu. Betapa banyak peluang kebaikan yang terabaikan. Maafkan hamba , Ya Allah. Sebab meski berlalu usia dalam bilangan yang banyak, masih sedikit syukur kepada-Mu.”
Kemana saja aku selama ini? Tenggelam dalam kesibukan duniawi sehingga membentangkan jarak antara diri ini dengan Sang Pencipta. Padahal tidak sedikit nikmat-Nya yang telah kukecap. Ku biarkan keluh kesah terlontar, di tengah ujian yang mampir menelikung, menggedor dinding pertahananku.  Aku lupa bahwa Allah mendengarkan permohonan hamba yang berdoa kepada-Nya. Sempat aku menyalahkan takdir atas dilema yang ku alami. Mengapa hidupku terasa seperti dibelengggu? Mengapa aku tidak bisa memperoleh hal-hal yang ku inginkan? Mengapa ujian datang menimpaku hingga terkadang aku tak sanggup memikulnya? Pertanyaan-pertanyaan itu sering singgah di relung hatiku yang hampir kalah dengan keputusasaan. Aku menjerat diriku dengan ketidakberdayaan yang ku ciptakan sendiri.  
"Ya, Allah ingin ku selami diri-Mu sedalam-dalamnya, hingga diri ini malu berkaca lagi."
Ku coba merenungi lebih dalam apa yang menyebabkan keresahan ini tak kunjung hilang. Secercah cahaya datang setelah aku rampung membaca buku inspiratif itu. Bagai menemukan oase di padang tandus, sontak aku menyadari kekhilafan yang membuat jiwaku dehidrasi dan gersang. Aku melupakan bahwa Allah menjawab doa-doa orang yang senantiasa memohon kepadaNya dalam keadaan apapun. Dunia membuatku terlena, aku malah menagabaikan doa-doaku. Pantas saja hidupku terasa hampa, tidak ada harapan yang membuncah.
"Allah kepada siapa lagi dir iini mengadu. Jika bukan mengadu kepada-Mu?Kepada siapa lagi aku meminta kekuatan ketika seluruh daya seakan dicabut dari tubuhku."
Sujudku dihiasai doa panjang hanya tatkala aku membutuhkan pertolongan Allah yang teramat sangat. Sajadahku basah oleh air mata saat aku memohon pada Allah untuk kesembuhan Ayah dan Ibu dari penyakit yang membuatku hampir kehilangan mereka. Bahuku terguncang hebat ketika memanjatkan doa agar aku diberi kelulusan dalan ujian dan tes yang aku jalani. Aku menangis kesegukan agar Allah memberi kelapangan di saat-saat terdesak dalam hidupku. Lalu, setelah Allah mengabulkan permohonannya, aku malah mengurangi intensitas ritual itu, bahkan tak ada lagi air mata penyesalan dan permohonan yang tumpah. Malamku semakin sunyi tanpa komunikasi dengan Allah, tanpa dialog hati, aku makin melenggang jauh. Aku rindu perasaan itu, menguntai kedekatan batin dengan pemilik diri ini. Aku rindu mengadu.
“Di setiap udara yang kau temukan, di sana akan kau jumpai Allah yang senantiasa mendengar doamu.” ( Catatan Hati di Setiap Sujudku )

0 comments:

Post a Comment

2011/01/24

Catatan Hati di Setiap Sujudku


Membaca buku  Catatan Hati di Setiap Sujudku  (Asma Nadia, dkk ) membuatku merasa ditonjok. Buku yang berisi kisah sejati orang-orang yang memiliki ketabahan luar biasa dalam menjalani ujian dari Allah ini mampu membuatku termenung menyadari kekhilafanku selama ini. Air mataku menetes tanpa sengaja, mendesak ingin keluar tatkala mencerna satu-persatu hubungan mesra yang terjalin antara orang-orang ajaib ini dengan Allah. Mereka berkomunikasi dengan Sang khalik melalui doa yang khusyuk dan tak henti-hentinya.
“Allah, Engkau tahu betapa tertatihnya hamba dalam meniti jalan ke surga-Mu. Betapa banyak peluang kebaikan yang terabaikan. Maafkan hamba , Ya Allah. Sebab meski berlalu usia dalam bilangan yang banyak, masih sedikit syukur kepada-Mu.”
Kemana saja aku selama ini? Tenggelam dalam kesibukan duniawi sehingga membentangkan jarak antara diri ini dengan Sang Pencipta. Padahal tidak sedikit nikmat-Nya yang telah kukecap. Ku biarkan keluh kesah terlontar, di tengah ujian yang mampir menelikung, menggedor dinding pertahananku.  Aku lupa bahwa Allah mendengarkan permohonan hamba yang berdoa kepada-Nya. Sempat aku menyalahkan takdir atas dilema yang ku alami. Mengapa hidupku terasa seperti dibelengggu? Mengapa aku tidak bisa memperoleh hal-hal yang ku inginkan? Mengapa ujian datang menimpaku hingga terkadang aku tak sanggup memikulnya? Pertanyaan-pertanyaan itu sering singgah di relung hatiku yang hampir kalah dengan keputusasaan. Aku menjerat diriku dengan ketidakberdayaan yang ku ciptakan sendiri.  
"Ya, Allah ingin ku selami diri-Mu sedalam-dalamnya, hingga diri ini malu berkaca lagi."
Ku coba merenungi lebih dalam apa yang menyebabkan keresahan ini tak kunjung hilang. Secercah cahaya datang setelah aku rampung membaca buku inspiratif itu. Bagai menemukan oase di padang tandus, sontak aku menyadari kekhilafan yang membuat jiwaku dehidrasi dan gersang. Aku melupakan bahwa Allah menjawab doa-doa orang yang senantiasa memohon kepadaNya dalam keadaan apapun. Dunia membuatku terlena, aku malah menagabaikan doa-doaku. Pantas saja hidupku terasa hampa, tidak ada harapan yang membuncah.
"Allah kepada siapa lagi dir iini mengadu. Jika bukan mengadu kepada-Mu?Kepada siapa lagi aku meminta kekuatan ketika seluruh daya seakan dicabut dari tubuhku."
Sujudku dihiasai doa panjang hanya tatkala aku membutuhkan pertolongan Allah yang teramat sangat. Sajadahku basah oleh air mata saat aku memohon pada Allah untuk kesembuhan Ayah dan Ibu dari penyakit yang membuatku hampir kehilangan mereka. Bahuku terguncang hebat ketika memanjatkan doa agar aku diberi kelulusan dalan ujian dan tes yang aku jalani. Aku menangis kesegukan agar Allah memberi kelapangan di saat-saat terdesak dalam hidupku. Lalu, setelah Allah mengabulkan permohonannya, aku malah mengurangi intensitas ritual itu, bahkan tak ada lagi air mata penyesalan dan permohonan yang tumpah. Malamku semakin sunyi tanpa komunikasi dengan Allah, tanpa dialog hati, aku makin melenggang jauh. Aku rindu perasaan itu, menguntai kedekatan batin dengan pemilik diri ini. Aku rindu mengadu.
“Di setiap udara yang kau temukan, di sana akan kau jumpai Allah yang senantiasa mendengar doamu.” ( Catatan Hati di Setiap Sujudku )

0 komentar:

Post a Comment

Copyright @ Miscellaneous Thoughts | Floral Day theme designed by SimplyWP | Bloggerized by GirlyBlogger | Distributed by: best blogger template personal best blogger magazine theme | cheapest vpn for mac cheap vpn with open ports