Daddy and Pussy Cats


Ayahku adalah seorang laki-laki penyayang kucing. Ada banyak kucing berkeliaran di rumah kami. Mulai dari kucing lansia, paro baya, remaja, anak-anak, sampai pada bayi-bayi kucing yang masih menyusu pada induknya. Mereka sudah seperti keluarga besar yang menambah riuh suasana rumah. Awalnya karena kebiasaan ayah yang suka memberi makan kucing-kucing liar yang datang ke rumah. Lama kelamaan mereka betah, dan menganggap ayah sebagai tuannya. Dari beberapa ekor  menjelma menjadi banyak. sebab kucing betina pun mulai beranak, tiap kali beranak tidak hanya melahirkan satu ekor bayi kucing. Selalu kembar. Kembar dua, kembar, tiga, bahkan kembar empat. Setiap kucing betina selalu berbakat bunting. Mereka berkembang biak. Beranak pinak. Kawanan kucing yang lucu-lucu menyemarakkan rumah kami.

Sama seperti manusia, kucingpun punya tingkah polah dan watak yang berbeda-beda. Ada tipikal kucing baik-baik, sikapnya  kalem, patuh, dan gak neko-neko. Ada pula jenis kucing garong, bengal dan susah diatur. Masalahnya, tidak semua kucing-kucing itu anteng, kebanyakan dari mereka adalah kucing nakal. Manisnya di depan kita aja, pas lengah sedikit saja ikan asin pun lenyap. Ibu sering uring-uringan saat memasak di dapur. Mereka takkan membiarkan makanan terhidang di atas meja tanpa dijaga. Bahkan aku sering cekikikan menyaksikan Ibu berteriak-teriak sambil mengacungkan sapu sembari berlari tergopoh-gopoh menyejar kucing yang mengembat ayam goreng yang baru saja dimasak. Hasilnya selalu sang kucing menang, bisa lepas dari pengejaran dan menikmati hasil perburuannya. Efeknya berimbas pada Ibu. Beliau tak berhenti mengomel sampai selesai memasak. Bahkan aku pun kecipratan omelan Ibu karena tidak siaga mengawasi kucing-kucing itu. Apa salahku? Kucing sialan, udah di kasih makan tiap hari masih aja mencuri makanan orang.  Risiko memelihara kucing, harus hati-hati menyimpan makanan.
Tidak hanya itu, masalah lain timbul ketika kucing-kucing ini bebal dan tidak mau diatur. Ada dari mereka yang suka membuang kotoran dan kencing disembarang tempat. Padahal telah disediakan tempat khusus, toilet kucing untuk menampung pembuangan mereka. Masih saja ada yang mencecerkan kotoran dan kencingnya disembarang tempat. Bahkan pernah kolong tempat tidurku dijadikan sasaran tempat mencurahkan hasrat buang air besar kucing sialan itu. Amboi, baunya mampu mengaduk-aduk isi perutku. Binatang emang susah di ajar.
Meskipun kucing-kucing itu  kerap kali membuat kami geram. Namun kami tetap menyayangi dan memperlakukan mereka dengan baik. Terutama Ayah. Tiap hari Ayah lah yang meyediakan makanan untuk mereka. tentu saja bukan dengan makanan khusus, hanya nasi putih dicampur dengan tumbukan ikan asin, makanan khas kucing biasa kelas menengah ke bawah. Ayah juga yang membersihkan rumah dari kotoran kucing. Sering aku perhatikan ayah berbicara dengan kucing-kucingnya, seperti dia sedang mengobrol dengan manusia. Hingga kucing-kucing itu sangat mengenali ayah dengan baik. Bahkan mereka mengenali langkah kaki ayah. Saat ayah pulang, mereka langsung bergerombolan menyambut  kedatangaan beliau. Dengan manja saling mengeong dan mengeluskan  kepalanya di kaki ayah, berebut perhatian.
Terkadang akau heran dengan orang-orang yang tega membuang kucing mereka. Pernah aku melihat salah seorang tetanggaku memasukkan kucingnya ke dalam kardus kemudian di bawa ke luar kota dengan menitipkan ke supir angkot seraya berpesan untuk meninggalkan kucing tersebut di terminal yang kebetulan dekat dengan pasar, agar kucing itu tidak bisa kembali pulang. Bahkan ada ada yang tega menyingkirkan anak kucingnya yang masih bayi. Padahal belum lepas dari susu induknya. Rumah kami sering menjadi sasaran pembuangan anak kucing. Diam-diam tanpa sepengatahuan penghuni rumah seseorang telah menyelinapka seekor bahkan beberapa ekor anak kucing. Tidak jarang anak kucing itu ditemukan dalam keadaan yang memprihatinkan, kurus dan sakit-sakitan. Tanpa ragu ayah akan memungut dan merawatnya. Menambah populasi kucing di rumah kami.  
Dari ayah aku belajar untuk menyayangi dan mengasihi sesama makhluk ciptaan Tuhan. Hewan juga butuh kasih sayang, sama halnya dengan manusia.

2 comments:

sawali tuhusetya said...

wah, sungguh layak dicontoh sikap ayah mbak pipit. saya juga seneng dan sayang sama kucing, loh.

tukangobatbersahaja said...

Kucing juga punya hati dan tahu disayang.
Mereka ternyata seperti manusia
*elus-elus*

Post a Comment

2011/01/14

Daddy and Pussy Cats


Ayahku adalah seorang laki-laki penyayang kucing. Ada banyak kucing berkeliaran di rumah kami. Mulai dari kucing lansia, paro baya, remaja, anak-anak, sampai pada bayi-bayi kucing yang masih menyusu pada induknya. Mereka sudah seperti keluarga besar yang menambah riuh suasana rumah. Awalnya karena kebiasaan ayah yang suka memberi makan kucing-kucing liar yang datang ke rumah. Lama kelamaan mereka betah, dan menganggap ayah sebagai tuannya. Dari beberapa ekor  menjelma menjadi banyak. sebab kucing betina pun mulai beranak, tiap kali beranak tidak hanya melahirkan satu ekor bayi kucing. Selalu kembar. Kembar dua, kembar, tiga, bahkan kembar empat. Setiap kucing betina selalu berbakat bunting. Mereka berkembang biak. Beranak pinak. Kawanan kucing yang lucu-lucu menyemarakkan rumah kami.

Sama seperti manusia, kucingpun punya tingkah polah dan watak yang berbeda-beda. Ada tipikal kucing baik-baik, sikapnya  kalem, patuh, dan gak neko-neko. Ada pula jenis kucing garong, bengal dan susah diatur. Masalahnya, tidak semua kucing-kucing itu anteng, kebanyakan dari mereka adalah kucing nakal. Manisnya di depan kita aja, pas lengah sedikit saja ikan asin pun lenyap. Ibu sering uring-uringan saat memasak di dapur. Mereka takkan membiarkan makanan terhidang di atas meja tanpa dijaga. Bahkan aku sering cekikikan menyaksikan Ibu berteriak-teriak sambil mengacungkan sapu sembari berlari tergopoh-gopoh menyejar kucing yang mengembat ayam goreng yang baru saja dimasak. Hasilnya selalu sang kucing menang, bisa lepas dari pengejaran dan menikmati hasil perburuannya. Efeknya berimbas pada Ibu. Beliau tak berhenti mengomel sampai selesai memasak. Bahkan aku pun kecipratan omelan Ibu karena tidak siaga mengawasi kucing-kucing itu. Apa salahku? Kucing sialan, udah di kasih makan tiap hari masih aja mencuri makanan orang.  Risiko memelihara kucing, harus hati-hati menyimpan makanan.
Tidak hanya itu, masalah lain timbul ketika kucing-kucing ini bebal dan tidak mau diatur. Ada dari mereka yang suka membuang kotoran dan kencing disembarang tempat. Padahal telah disediakan tempat khusus, toilet kucing untuk menampung pembuangan mereka. Masih saja ada yang mencecerkan kotoran dan kencingnya disembarang tempat. Bahkan pernah kolong tempat tidurku dijadikan sasaran tempat mencurahkan hasrat buang air besar kucing sialan itu. Amboi, baunya mampu mengaduk-aduk isi perutku. Binatang emang susah di ajar.
Meskipun kucing-kucing itu  kerap kali membuat kami geram. Namun kami tetap menyayangi dan memperlakukan mereka dengan baik. Terutama Ayah. Tiap hari Ayah lah yang meyediakan makanan untuk mereka. tentu saja bukan dengan makanan khusus, hanya nasi putih dicampur dengan tumbukan ikan asin, makanan khas kucing biasa kelas menengah ke bawah. Ayah juga yang membersihkan rumah dari kotoran kucing. Sering aku perhatikan ayah berbicara dengan kucing-kucingnya, seperti dia sedang mengobrol dengan manusia. Hingga kucing-kucing itu sangat mengenali ayah dengan baik. Bahkan mereka mengenali langkah kaki ayah. Saat ayah pulang, mereka langsung bergerombolan menyambut  kedatangaan beliau. Dengan manja saling mengeong dan mengeluskan  kepalanya di kaki ayah, berebut perhatian.
Terkadang akau heran dengan orang-orang yang tega membuang kucing mereka. Pernah aku melihat salah seorang tetanggaku memasukkan kucingnya ke dalam kardus kemudian di bawa ke luar kota dengan menitipkan ke supir angkot seraya berpesan untuk meninggalkan kucing tersebut di terminal yang kebetulan dekat dengan pasar, agar kucing itu tidak bisa kembali pulang. Bahkan ada ada yang tega menyingkirkan anak kucingnya yang masih bayi. Padahal belum lepas dari susu induknya. Rumah kami sering menjadi sasaran pembuangan anak kucing. Diam-diam tanpa sepengatahuan penghuni rumah seseorang telah menyelinapka seekor bahkan beberapa ekor anak kucing. Tidak jarang anak kucing itu ditemukan dalam keadaan yang memprihatinkan, kurus dan sakit-sakitan. Tanpa ragu ayah akan memungut dan merawatnya. Menambah populasi kucing di rumah kami.  
Dari ayah aku belajar untuk menyayangi dan mengasihi sesama makhluk ciptaan Tuhan. Hewan juga butuh kasih sayang, sama halnya dengan manusia.

2 komentar:

wah, sungguh layak dicontoh sikap ayah mbak pipit. saya juga seneng dan sayang sama kucing, loh.

Kucing juga punya hati dan tahu disayang.
Mereka ternyata seperti manusia
*elus-elus*

Post a Comment

Copyright @ Miscellaneous Thoughts | Floral Day theme designed by SimplyWP | Bloggerized by GirlyBlogger | Distributed by: best blogger template personal best blogger magazine theme | cheapest vpn for mac cheap vpn with open ports