My Beloved Sibling.
Duapuluh tahun terlewatkan. Aku tak pernah bisa mengingat detik-detik kehadiranmu, saat ibu berjuang mempertaruhkan nyawa melahirkanmu, memori otakku tak dapat memutar kembali fragmen itu. Mungkin aku masih terlalu kecil untuk dapat merekam peristiwa penting yang terjadi, saat pertama kali kamu menyapa dunia umurku baru dua tahun, bocah kecil yang belum mengerti apa-apa. Seingatku entah diusia berapa, aku mempunyai seorang adik yang selalu menjadi teman bermainku. Adik yang sempat ku tuduh mencuri perhatian Ayah dan Ibu dariku.
Kamu selalu menguntitku kemanapun aku pergi. Aku terpaksa harus mengajakmu bermain bersama teman-temanku, kalau tidak aku akan diomeli Ibu dan dilarang keluar rumah. Kamu memang punya senjata untuk mengancamku. Tangisanmu membuatku rela dibuntuti kemanapun. Cengeng dan keras kepala selalu kau pertahankan. Sebagai kakak aku kerap kali mengalah, tak sanggup mendengar ledakan tangismu dan melihat kamu berguling-guling di lantai. Sebab kalau ayah dan ibu melihatnya, pasti aku yang bakal kena marah. Namun kalau sudah jengah menayaksikan tingkahmu, aku gak akan segan-segan membuatmu merengek bahkan jika kesabaranku habis aku tega mencibit dan memukulmu, lalu kita main jontok-jontokan. Berkelahi habis-habisan. Perang ala bocah, tak peduli telapak tangan Ibu medarat di pantatku, yang penting emosiku terlampiaskan.
Kebiasaan itu gak hilang sampai sekarang. Kamu masih cengeng dan sangat mudah mengeluarkan air mata. Kita juga masih sering berantem, meskipun bukan perang fisik seperti dulu lagi, namun adu mulut lebih menguras energiku. Aku mudah terpancing emosi, bahkan sering menumpahkannya padamu dengan kata-kata kasar. Kalau sudah begitu aku akan menghujanimu dengan sumpah serapahku. Mencercamu habis-habisan dengan luapan kata yang tidak pantas. Aku sering melontarkan caci maki yanhg sebenarnya tidak patut kau dengar. Tapi mengertilah bukan maksudku berbuat demikian, jangan dimasukkan ke hati, karena tak ada yang sungguh-sungguh dari ucapan burukku. Aku masih seorang kakak yang baik. Meskipun belum tapi aku berusaha menjadi kakak yang baik bagi adik-adikku.
Setiap hari kita lalui bersama. Kita tumbuh bersama dari kanak-kanak hingga saat ini. Tangis dan tawa datang silih berganti mewarnai jalan hidup yang kita pijak. Banyak hal yang aku pelajari darimu. Meski usiaku lebih tua darimu tidak selalu menobatkanku untuk menjadi sosok seorang panutan. Malah banyak langkahmu yang mesti ku jejali, sikap positif yang menonjol pada dirimu membuatku merasa tertonjok. Kamu anak yang penurut dan menerima apa adanya, berbeda dengan sikapku yang suka memberontak dan banyak menuntut. Kamu dengan senang hati mengerjakan pekerjaan apapun, aku yang sering ogah-ogahan mengerjakan, kamu malah dengan telaten menyelesaikannya.
Mungkin pekerjaan-pekerjaan itu sering kali membebanimu, tersirat dari wajah lelahmu. Aku tahu kamu kadang letih menghadapinya, sama halnya denganku, tidak selalu kuat menjalaninya. Namun selagi kita bersama-sama dan saling bahu-membahu semuanya akan terasa ringan, beban yang selama ini kita anggap kewajiban perlahan-lahan akan berubah menjadi kebutuhan yang sudah menjadi bagian dari hidup kita sebagai anak. Tidak akan pernah sia-sia pengabdian yang selalu kita torehkan. Nanti kita petik hasilnya bersama-sama.
Takdir yang digariskan Tuhan tak pernah bisa kita terka. Misterinya lambat-lambat menyisiri kehidupan yang kita rajut. Kadang suratan itu menghambat langkahmu dalam meniti pelangi yang selalu kau damba bahkan menciptakan palung-palung di relung hatimu. Keadaan membuatmu merasa terhempas, tak berdaya, dan merasa tah berharga. Hingga membuatmu menyalahkan keadaan dan meratapi dirimu sendiri. Kamu jangan menyalahkan takdir Tuhan yang sering berlawanan dengan apa yang kau harapkan. Tak ada apapun dan siapapun yang salah dengan kegagalan yang pernah memporak-porandakan mimpimu. Itu hanya sebagian dari skenario yang diciptakan Tuhan untuk memempamu menjadi sosok yang kuat dan selalu bersyukur meski dalam kondisi apapun. Selalu ada hikmah dibalik semua kejadian, tergantung kita menghadapinya. Aku percaya suatu saat nanti keindahan yang masih dalam angan itu akan menjelma. Selalu aku berdo’a untuk itu, untuk kebahagiaanmu.
Setiap manusia diciptakan dengan kekurangan sesuai kapasitas dan takaran masing-masing, sebab kesempurnaan hanya miliki sang khalik. Kita memiliki kelebihan dan kekurangan dengan porsi yang berbeda-beda. Maka jangan selipi hari-harimu dengan berkeluh-kesah tentang kelemahan-kelemahan yang mendekam di dirimu. Tak ada yang salah pada dirimu yang menyandang kekurangan yang terus kau ratapi. Hal yang wajar jika seseorang mempunyai titik lemah, sangat lumrah jika kamu tidak sama dengan orang lain. Kita semua berbeda.
Maka syukurilah setiap nikmat yang kamu peroleh. Lihat, dengar, dan rasakan bahwa masih banyak orang-orang yang berada di bawah kita. Jatah hidupmu makin berkurang, jalan yang terbentang di depanmu pun masih panjang. Gunakan kesempatan ini sebaik-baiknya, agar kelak suatu saat kamu bisa membuat orangtua kita tersenyum atas kerja kerasmu dan bangga karena pengorbanan mereka menuai hasil. Hapus buliran air mata di pipimu, tak ada yang perlu ditangisi. Belajarlah dari kesalahan masa lalu, karena pengalaman adalah guru yang terbaik. Songsong masa depanmu dengan kesungguhan hati. Jangan menyerah, karena ambisai dan mimpi yang kita punya akan terus menjadi cambuk dan memicumu berlari. Dan yang terpenting hargai dan berprasangsa baik terhadap orang-orang yang yang menyayangimu, terutama keluarga.
Tanpa sengaja aku menemukan bait-bait keresahanmu yang sempat kau tulis. Bibirku bergetar, hatiku kalut, luruh bersama gundah yang menderamu. Sungguh aku mengerti apa yang kau rasakan. Kadang tekanan juga datang menghampiriku. Menyiksa hari-hariku. Namun aku menyadari setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya, Allah tak kan menguji manusia di luar batas kemampuannya.
Dan sekali lagi, untuk yang kesekian kali ulang tahunmu tanpa dihiasi kado, lilin, dan kue dariku. Semoga aku bisa mewujudkannya suatu saat, ketika harapan sudah digenggamanku. Namun tak ada kado yang paling istemewa, selain untaian doa dan kasih sayangku yang tak pernah habis-habisnya. Dalam lirih ku berdoa semoga Allah senantiasa melindungimu.
Hug and kisses
Happy Birthday, CinTa.
0 comments:
Post a Comment