Dalam berdoa, pada umumnya kita meminta hal-hal yang wujudnya
berada di luar diri kita, tak cepat habis (kalaupun habis langsung kelihatan),
dan dapat dinikmati kapan saja. Itulah mengapa kita lebih sering dan banyak
meminta hal dengan spesifikasi yang ketat seperti rumah (yang bagus), mobil
(yang keren), anak (yang ganteng/cantik), naik haji (yang mabrur), naik kelas
(yang ranking), naik jabatan (yang tinggi), istri (yang cantik). Ternyata,
tujuan doa kita pun untuk hal yang simple saja: memiliki dan menggunakannya.
Itulah alasan mengapa kita jarang meminta hal-hal yang justru
berada di dalam diri kita dan langsung menentukan karakter diri kita. Salah
satunya adalah kesabaran. Dalam Al-Quran, ada dua kalimat yang sama bunyinya
tentang kesabaran, yaitu: Rabban afrigh alayna shabran...(Al-Baqarah
ayat 250 dan Al-A’raf 126). Doa itu bermakna sama: kita memohon agar Allah
menganugerahi kita kesabaran. Mengapa Allah mewajibkan kita agar memohon
diberikan kesabaran? Karena ternyata sabar adalah potensi yang tidak diproduksi
oleh jiwa kita. Seperti vitamin C, kesabaran harus diasup dari luar diri kita,
dalam hal ini langsung dari Allah, karena Dia-lah pemilik kesabaran. Kita tak
pernah sanggup memproduksi kesabaran, oeh karenanya kta sering mengeluh dan
marah; kesabaranku sudah habis!
Persoalannya; kita tak pernah menyadari hal ini, karena doa
kita sudah dikerangkeng oleh kepentingan-kepentingan sesaat yangh sangat
materialistik. Doa-doa kita lebih sering berisi hitung-hitungan matematis yang
mirip kalkulator. Padahal, seluruh isi doa itu sangat berpotensi menimbulkan
masalah yang sumber solusinya adalah kesabaran. Jadi, marilah kita memulai
untuk mengisi doa-doa kita juga menyertakan permintaan agar Allah menganugerahi
kita kesabaran. Jadi, bukan cuma doa panjang rezeki yang kita panjatkan, tapi
juga doa panjang sabar.
Muhammad Yulius. Catcil. Annida No.2/XVIII/Oktober 2008