Mawar Hitam


Akankah hari ini kau datang?
Dengan kuda bersayap dan setangkai lili putih.
Oh, belum waktunya barangkali.
Karena masih kutemukan mawar hitam di sudut kamar
Layu dan rontok satu-satu.
Kuurungkan langkah menjemput malam.
Lalu bergeming memeluk waktu.
Menjaga sisa harapan bergelimang resah
yang mengering di ujung senja.

Cinta dan Kesetaraan

”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).”  (QS An Nur: 26)

Ayat ini diturunkan ketika fitnah perselingkuhan meninpa Aisyah istri Rasulullah SAW. Kala itu dalam suatu perjalanan kembali dari ekspedisi penaklukan Bani Musthaliq, Aisyah ra terpisah tanpa sengaja dari rombongan karena mencari kalungnya yang hilang dan kemudian diantarkan pulang oleh Shafwan yang juga tertinggal dari rombongan karena ada suatu keperluan. Kemudian Aisyah naik ke untanya dan dikawal oleh Shafwan menyusul rombongan Rasullullah SAW dan para shahabat, akan tetapi rombongan tidak tersusul dan akhirnya mereka sampai di Madinah.

Mimpi, Pedang, dan Selimut

Aku bersandar pada angan-angan
Pada mimpi yang menggantung di kaki langit
Diantara dua belas purnama
Harusnya pagi ini, kuasah pedang penebas aral
Untuk meretas titian pelangi
Tapi ada apa hari ini?
Aku dicengram ketakukan
Hujan datang menusuk ubun-ubun
Kilatan petir membutakan mata
Guntur pun membuatku tuli
Kabut berkawan gelap
Akankah kuakhiri saja?
Aku terlalu takut.

Takut?
Bukan!
Itu bukan takut!
Tapi pengecut!

Tentu saja tidak!
Aku hanya ingin tidur sejenak.
Pengecut itu bukan aku.

Maka lekas asah pedangmu,
bangun dari selimut dekil itu!

Kutukan Takdir

Seorang ibu mengeluhkan biaya hidup semakin mahal. Bahan bakar naik, harga keperluan harian turut melonjak, cabai pun meroket, dan beras pun kena getahnya . Pusing kepalanya tiap hari memikirkan bagaimana membelanjakan uang dari suami agar dapur bisa tetap ngepul.  Kalau tidak pandai-pandai menyiasati, bisa tidak makan anaknya yang berdelapan. Kemarin si bungsu sakit, untung ada obat gratis dari puskesmas, kalau tidak entah apa yang akan terjadi pada anaknya yang saban hari mencretnya tak kunjung berhenti. Namun karena letak rumahnya begitu jauh dari puskesmas, terpaksalah uang beli beras terpakai buat ongkos ojek.  Untung sisa beras miskin bulan lalu masih ada, menyelamatkan ia dan anak-anaknya dari kelaparan untuk sehari. Besok sepertinya harus pinjam beras tetangga lagi, kalau tidak cukup terpakasa manfaat singkong di kebun belakang rumah sekedar pengganjal perut, sebab sudah seminggu suaminya tidak dapat jatah kerja. Sedangkan beras miskin tak akan bisa dibawa pulang tanpa uang. Walaupun bersubsidi yang namanya beras murah pun tetap harus dibayar. Selalu seperti itu,  kemelaratan enggan beranjak, seperti kutukan yang melekat pada takdir.  Bahkan menggerogoti raganya hingga tinggal kulit pembalut tulang. 

2011/06/24

Mawar Hitam


Akankah hari ini kau datang?
Dengan kuda bersayap dan setangkai lili putih.
Oh, belum waktunya barangkali.
Karena masih kutemukan mawar hitam di sudut kamar
Layu dan rontok satu-satu.
Kuurungkan langkah menjemput malam.
Lalu bergeming memeluk waktu.
Menjaga sisa harapan bergelimang resah
yang mengering di ujung senja.

2011/06/22

Cinta dan Kesetaraan

”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).”  (QS An Nur: 26)

Ayat ini diturunkan ketika fitnah perselingkuhan meninpa Aisyah istri Rasulullah SAW. Kala itu dalam suatu perjalanan kembali dari ekspedisi penaklukan Bani Musthaliq, Aisyah ra terpisah tanpa sengaja dari rombongan karena mencari kalungnya yang hilang dan kemudian diantarkan pulang oleh Shafwan yang juga tertinggal dari rombongan karena ada suatu keperluan. Kemudian Aisyah naik ke untanya dan dikawal oleh Shafwan menyusul rombongan Rasullullah SAW dan para shahabat, akan tetapi rombongan tidak tersusul dan akhirnya mereka sampai di Madinah.

Mimpi, Pedang, dan Selimut

Aku bersandar pada angan-angan
Pada mimpi yang menggantung di kaki langit
Diantara dua belas purnama
Harusnya pagi ini, kuasah pedang penebas aral
Untuk meretas titian pelangi
Tapi ada apa hari ini?
Aku dicengram ketakukan
Hujan datang menusuk ubun-ubun
Kilatan petir membutakan mata
Guntur pun membuatku tuli
Kabut berkawan gelap
Akankah kuakhiri saja?
Aku terlalu takut.

Takut?
Bukan!
Itu bukan takut!
Tapi pengecut!

Tentu saja tidak!
Aku hanya ingin tidur sejenak.
Pengecut itu bukan aku.

Maka lekas asah pedangmu,
bangun dari selimut dekil itu!

2011/06/21

Kutukan Takdir

Seorang ibu mengeluhkan biaya hidup semakin mahal. Bahan bakar naik, harga keperluan harian turut melonjak, cabai pun meroket, dan beras pun kena getahnya . Pusing kepalanya tiap hari memikirkan bagaimana membelanjakan uang dari suami agar dapur bisa tetap ngepul.  Kalau tidak pandai-pandai menyiasati, bisa tidak makan anaknya yang berdelapan. Kemarin si bungsu sakit, untung ada obat gratis dari puskesmas, kalau tidak entah apa yang akan terjadi pada anaknya yang saban hari mencretnya tak kunjung berhenti. Namun karena letak rumahnya begitu jauh dari puskesmas, terpaksalah uang beli beras terpakai buat ongkos ojek.  Untung sisa beras miskin bulan lalu masih ada, menyelamatkan ia dan anak-anaknya dari kelaparan untuk sehari. Besok sepertinya harus pinjam beras tetangga lagi, kalau tidak cukup terpakasa manfaat singkong di kebun belakang rumah sekedar pengganjal perut, sebab sudah seminggu suaminya tidak dapat jatah kerja. Sedangkan beras miskin tak akan bisa dibawa pulang tanpa uang. Walaupun bersubsidi yang namanya beras murah pun tetap harus dibayar. Selalu seperti itu,  kemelaratan enggan beranjak, seperti kutukan yang melekat pada takdir.  Bahkan menggerogoti raganya hingga tinggal kulit pembalut tulang. 

Copyright @ Miscellaneous Thoughts | Floral Day theme designed by SimplyWP | Bloggerized by GirlyBlogger | Distributed by: best blogger template personal best blogger magazine theme | cheapest vpn for mac cheap vpn with open ports