Salah satu tempat cuci mata yang gak cuma menyegarkan mata tapi juga menormalkan kembali kesembrawutan saraf otak karena harus kerja rodi mencerna materi pelajaran selama beberapa bulan ini adalah toko buku. Target utama saya tentu saya bukan buku-buku kuliah ataupun buku yang membutuhkan kernyitan dahi untuk membacanya. Saya hanya lagi butuh buku-buku hiburan, seperti novel, kumpulan cerpen, buku cerita, pokoknya yang berbau fiksi. Rasanya pengen menghilang dulu dari realita yang menjemukan ini, lalu menenggelamkan diri ke dunia fantasi yang diciptakan si pengarang. Imajinasi saya perlu dibangkitkan lagi, setelah sekian lama otak saya diajak untuk berpikir keras tentang rasionalitas. Sekarang saatnya memanjakan kepala dengan suplai bacaan yang menyegarkan.
Mejeng di toko buku rasanya belum afdal kalau tidak membawa pulang salah satu dari buku-buku cantik yang berjejeran di rak. Mereka seperti merayu-rayu untuk disentuh dan segera dibawa ke meja kasir. Buku yang berjejer apik itu seperti pria tegap dengan rambut kecoklatan, wajah bersih sehabis cukuran dilengkapi dua pasang bola mata birunya yang menatap tajam. Lengkap dihiasi alis tebal yang mencoret indah di atas kelopak matanya. Hidung bangir mencuat di atas sepasang bibir yang menyunggingkan senyum menawan. Ah, sangat tampan untuk tidak dilirik dan dilewatkan begitu saja.
Saya sudah berusaha menepis hasrat untuk memiliki buku-buku itu. Namun, langkah ini terus saja menyeret kaki ke arah pajangan buku yang menarik untuk dibaca. Tanpa mempedulikan teriakan dompet yang memperingatkan bahwa isinya sudah sangat menipis. Saya selalu bermasalah dengan perkara satu ini. Maklum status saya sebagai penganguran pra-produktif hanya mengandalkan secuil uang saku dari orang tua. Membuat saya harus menyiasati kelayakan finansial untuk pengeluaran sekunder ini. Hasrat untuk menghambur-hamburkan uang harus ditekan segepeng mungkin. Padahal keinginan sangat kuat untuk belanja, tapi apa daya kocek lagi menderita. Yah, dari pada gigit jari mendingan saya baca-baca aja sampai kaki capek berdiri lama.Haha
Wah, sepertinya toko buku itu tahu cara memanjakan pelanggan dari berbagai segmen. Ternyata ada beberapa buku yang dikasih diskon besar-besaran. Melihat label diskon, lansung deh naluri kewanitaan saya bereaksi untuk segera meyambangi kerumunan orang yang berebut buku murah. Tentu saja buku yang didiskon bukan buku terbaru dan best seller. Tapi banyak juga buku-buku bagus yang harganya menurun drastis dari biasanya. Saya berjalan ke rak mencari buku yang harganya paling murah namun tetap layak dikoleksi. Setelah hunting cukup lama, dan proses pemilihan yang cukup alot. ( haha saya orang yang sulit untuk menentukan pilihan di antara banyak pria buku yang menggoda). Halah!
Akhirnya pilihan saya jatuh pada lima buah buku fiksi yang cukup di bayar rima ribuh rupiah saja per buku. Cukup miring buat harga buku baru. Lebih murah dari harga sepiring batagor yang nikmatnya cuma sampai tenggorokan. Mudah-mudahan saya enggak menyesal membeli buku-buku ini. Sekedar oleh-oleh dari toko buku yang sangat jarang saya singgahi.
Well, ini dia buku yang membuat saya tergugah untuk menenteng pulang
- I Don’t Care ( kumpulan cerpen) by Rayni N. Massardi
- Stranger Than Fiction, Cerita dari Kamar Jaga Malam by Nova Riyanti Yusuf
- Novel Kalatidha by seno Gumira Ajidarma
- Novel Hubbu by Mashuri
- Gelak Sedih dan Cerita-Cerita Lainnya by Eka Kurniawan
- Darimana Datangnya Mata ( Kumpulan Cerpen ) by veven sp. Wardhana
- Kumpulan Puisi Indonesia, Portugal, dan Malaysia
Anyway, bukunya udah pada jadul semua. It’s okay, toh buat saya ini barang baru. Nanti saya kupas bukunya satu per satu di blog ini .
0 comments:
Post a Comment