Pada hakikatku berkisah. Cerita hidup sepi, sebatang kara. Biarkanlah kuberbagi pada kalian, yang belum merasakan arti sebuah kesendirian. Selami tiap inci hatiku, kau akan temukan sebidang tanah lapang, tandus, panas, gersang, hampa. Tak ada unsur apapun di sana. Bahkan setetes cinta.
Kawan, dulu aku adalah telaga, dulu aku adalah kebun anggur, dulu aku adalah muara. Dulu, dulu sekali, hingga kini kulelah dengan kata dulu. Tahukah kau mengapa? Karena dulu merupakan sejarah usang. Dulu buatku adalah penyesalan.
Kawan, lihatlah benig mataku. Sebentar lagi ia meleleh, menganak sungai di pipi. Oh, waktu, kumohon berhentilah berputar, agar lumat semua yang ada di muka bumi ini. Karena, mereka semua hanyalah fatamorgana untukku.
Aku adalah fragmen tak bergerak, tapi tanpa kehendak. Aku adalah anai yang beterbangan mengikuti ke mana angin berhembus. Aku luka, ada silet tertancap tajam di jantungku. Dari ujungnya ada darah yang terus menetes. Deras dan semakin deras. Aku kesepian, dan rasa ini melilit leherku, mencekik, membuatku kehabisan nafas.
Kawan setubuhi jiwaku, ada jurang curam di sana!
LM, 6 Agustus 2011
0 comments:
Post a Comment