Mom, aku tidak pulang ke rumah kali ini, bukannya aku tak rindu ataupun tak punya waktu, hanya saja hari-hariku terpakai untuk menyulam mimpi yang menyita tiap detikku. Enam hari dalam seminggu aku harus bolak-balik ke gedung tempatku menempa ilmu, menjemput pelajaran yang sempat tercecer, selebihnya ku habiskan mendekam di kamar kontrakan, berkawan dengan komputer dan buku-buku. Mimpi itu hampir matang, Mom. Aku sedang meramunya.
Hari ini, aku terjangkit virus malas bangun pagi.
Mom, aku rindu bahana teriakanmu di subuh buta kala membangunkanku dari tidur lelap di kamar pengap. Makin tinggi lengkinganmu, makin erat pejaman kedua kelopak mataku. Selimut hangatku kau sibak dari tubuhku hingga hawa dingin membelai kulitku dan seperti menyeruak tulang belulang. Tak peduli, aku tetap bergelung malas di atas kasur kapas, meneruskan mimpi yang sempat terpotong. Mom, tak pernah kehilangan akal agar aku segera beranjak dari ranjang dan lekas berwudhu. Cipratan air membasahi wajahku seketika, sontak mataku terbuka lebar. Mana bisa tahan melanjutkan tidur dengan wajah serasa dilumuri es. Mom, selalu berhasil mengalahkan rasa kantuk yang kerap menggerogotiku.
Aku kangen Ibu, yang berada 91 kilometer dari tempat ku berdiri sekarang.
0 comments:
Post a Comment