Sebelum mengenalmu tahu isi hatimu
Sebelum diriku berharga bagimu
Sebelum kita bersama menjalin asa
Sebelum cinta tertutur lewat bahasa
Disaat namaku belum kau kenali
Disaat perasaanku belum kau tahu
Disaat jarak kita masih terlalu jauh
Ku sudah melihatmu di dalm anganku
Ku impikan seseorang memegang tanganku
Ku bayangkan senyummu dimataku
Ku lihat kau bahagia mendengar kata-kataku
Di dalam hatiku dan di dalam jiwaku
Ku tahu hanya padamu ku kan terpaku
Segenap tenaga daya yang ada padaku
Ku pastikan cintaku berlaku
( Saykoji – Cintaku Takkan Berubah )
Bagaimana perasaanmu mendapati aku menjadi pendamping hidupmu kelak? Apa kau akan bahagia? Aku harap begitu, kerena kita telah sama-sama memilih, menjalani takdir untuk saling berbagi dan melengkapi. Aku akan tetap menggenggam tangganmu saat kita melangkah bersama menelusuri labirin kehidupan. Apa yang membuat hari-hari kita indah, selain perasaan kita yang saling menyatu dan rasa membutuhkan satu sama lain.
Apakah kelak nanti kau akan terkejut mendapati aku sebagai istrimu? Kuharap telah kau siapkan mental yang tebal menghadapi segala kekurangan-kekuranganku, baik sebagai seorang manusia, terlebih sebagai seorang wanita, karena pernikahan adalah sebuah proses menerima segala kekurangan pasangan, lalu berusaha tetap mencintainya seperti sediakala.Meski terasa sulit mungkin, aku akan berusaha menerimamu apa adanya, bahkan sisi buruk yang kau punya, seperti halnya kau akan berdamai dengan kelemahan yang kumiliki.
Dan terus terang aku takut. Ide ‘seumur hidup bersama seseorang’ itu sangat menakutkan.
Bagaimana jika di tahun-tahun perkawinan yang berbilang puluhan itu kita berhenti mencintai. Bagaimana jika ternyata cinta kita tak cukup kuat untuk saling menerima kekurangan masing-masing. Bagaimana jika kita tiba-tiba jenuh. Bagaimana jika kita... Ah, sudahlah. Apakah pemikiran-pemikiranku ini menakutimu? Kelak kau harus terbiasa. Karena inilah aku. Wanita dengan segudang tanya dan seribu pertimbangan.
Bagaimana jika di tahun-tahun perkawinan yang berbilang puluhan itu kita berhenti mencintai. Bagaimana jika ternyata cinta kita tak cukup kuat untuk saling menerima kekurangan masing-masing. Bagaimana jika kita tiba-tiba jenuh. Bagaimana jika kita... Ah, sudahlah. Apakah pemikiran-pemikiranku ini menakutimu? Kelak kau harus terbiasa. Karena inilah aku. Wanita dengan segudang tanya dan seribu pertimbangan.
Mungkin nanti aku tidak selalu menjadi yang terbaik bagimu, mungkin kerap kali ego dan emosi di antara kita, mungkin kita tidak selalu tertawa, bahkan mungkin saja cinta kita jatuh ke bawah. Sejuta kemungkinan yang akan menguji ketahanan kita. Namun aku tahu pasti selalu ada jalan keluar, karena dipesisir gelap ada mercusuar yang akan menuntun kita kembali berlabuh.
Dan sepertinya Tuhan tak kan mempertemukan kita sebelum aku benar-benar yakin bahwa pernikahan itu akan membuatku bahagia. Jadi, kamu sabar yah. Ingat, Ia akan membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya. Sementara itu, nikmatilah perjalananmu menemukanku, sebagaimana aku menikmati perjalananku. Kita saling membekali diri untuk jadi yang terbaik. Kelak ketika kita saling menemukan dan berbagi kunci ke hati masing-masing, segala lelah, air mata, dan luka-luka akan hilang oleh rasa syukur yang sangat. Jatuh bangunlah bersama mereka, wanita-wanita yang akan ada dalam hidupmu sebagai suatu pembelajaran. Aku tak kan pernah cemburu. Tak ada gunanya cemburu pada masa lalu, apalagi untuk sesuatu yang ditakdirkan memang hanya untukku.
Aku selalu membayangkan kita terus mencinta hingga hari tua, meski kerutan muka berangsur berubah, meski seluruh helai rambut memutih, meski saraf tangan mulai tak terasa, meski mulut tak bisa berbahasa, namun hatiku tetap akan berbicara. Hingga kita meninggalkan dunia pada waktunya.
Percayalah, aku pun sering memikirkanmu. Seperti apa rupamu. Seperti apa rupa anak-anak kita. Seperti apa rupa kehidupan sehari-hari kita nanti. Sesudahnya aku akan tenggelam dalam doa yang khusyuk, lalu berharap engkau memang lelaki pilihan Tuhan untukku. Dan ketahuilah satu hal. Aku mencintaimu bahkan sebelum kutahu namamu.
Dari: Calon ibu dari anak-anakmu.
0 comments:
Post a Comment