Penguping Cerita Skandal

Hari terakhir liburan panjang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketersediaan angkutan antar kota, khususnya mobil travel Padang-Bukittinggi. Setiap akhir pekan identik dengan kelangkaan angkutan, karena membludaknya penumpang yang akan pulang kampung.  Apalagi dengan adanya cuti bersama yang berdekatan dengan libur akhir pekan. Membuat orang-orang memanfaatkan kesempatan untuk liburan di kampung masing-masing. Tidak terkecuali aku, yang turut mengurangi populasi kota Padang untuk sementara waktu dengan segera mengunjungi kampung tercinta demi memanfaatkan empat hari masa liburan.

Hal yang membuatku sangat terganggu kalau pulang kampung disaat libur panjang ini adalah masalah kendaraan untuk balik. Berhubung aku belum memiliki kendaraan pribadi, dan tidak bisa memanfaatkan kepunyaan orangtua -karena memang tidak punya- mau tidak mau aku harus merelakan diri berebutan dengan penumpang lain. Ramainya minta ampun. Jika sudah begini, berdiri di tepi jalan dan menyetop mobil yang lewatpun percuma. Karena tidak akan ada yang mau berhenti lantaran pemumpangnya sudah melebihi kapasitas.

Satu-satunya hal yang bisa aku lakukan adalah menunggu mobil di terminal, membeli karcis, dan antri menunggu giliran. Saking ramainya orang, agen travelnya kehabisan armada untuk membawa penumpang. Sehingga aku harus menunggu giliran untuk diberangkatkan. Dan kegiatan menunggu yang terlalu lama inilah yang sangat membuatku jengkel. Apalagi hari sudah semakin sore, aku tak pernah tenang kalau melakukan perjalanan seorang diri di malam hari. Bukan apa-apa, aku hanya risih  dengan tingginya angka kriminalitas di Indonesia. Terlebih aku seorang wanita. Enggak enak jalan malam sendirian.

Rasa  bosanpun mulai menjalar, hampir dua jam aku duduk disini belum ada tampak tanda-tanta mobil berikutnya muncul. Aku lirik orang yang duduk di sebelah kananku. Sepertinya anak kuliahan, cowok berambul grondong dan berdandan ala emo ini tengah asyik menikmati musik dari BB-nya. Terlihat dari kedua telinganya yang disumpal headset dan kepalanya yang mengangguk-angguk pelan. Sekilas  kuperhatikan hape yang  kupegang. Sepertinya hape mono ini tidak bisa di  jadikan alat penghibur seperti hape cowok di sebelahku.

Di sebelah kiriku duduk seorang cewek, sepertinya aku sering melihat wajah orang ini. Setelah  kuperhatikan, ternyata benar cewek ini sekampus denganku, karena beberapa kali aku melihatnya wara-wiri di kampus, sepertinya dia tidak mengenaliku. Cewek ini sedang asyik ber-sms ria, malah kedua hapenya berdering silih berganti. Kemudian dia mengangkat telepon yang masuk dan berbicara dengan seseorang di seberang sana. Daripada bengong dan tidak tahu mesti melakukan apa, akupun iseng mencuri dengar percakapan si cewek dengan temannya. Sepertinya obrolan cewek ini menarik untuk disimak.

Padahal gue udah sering loncat-loncat, enggak hilang juga, kayaknya yang punya gue kuat.”

Akupun berpikir keras, loncat-loncat untuk menghilangkan sesuatu! Apa coba? Aku makin tertarik. Menampung setiap kata yang terlontar dari bibir cewek itu.

Lo pikir gue apaan!? Sumpah gak sering, Cuma sekali itu aja kok. Itupun karena dipaksa.”

Diam sejenak. Sementara seseorang diseberang telepon mulai bicara. ( Sayangnya kemampuan ngupingku terbatas, jadi tidak tahu apa kata orang di seberang telepon).

Gue benar-benar nyesel dengan apa yang terjadi.”

“ Yang udah terjadi mau diapakan, gue khilaf”

“ Enggak tahu bakal kayak gini kejadiannya”

“ Gue harus nyelesain masalah ini secepatnya, kuliah gue tinggal sebulan lagi semester ini”

“ Duh dilema banget”

“ Saran sepupu gue yang di psikologi, dilanjutin aja”

“ Pengennya sih dibuang aja.”

“ Emang lo mau merawat?”

“ Gue belom sanggup”

“ Lagian kan belum berbentuk”

“ Pake peluntur bisa nggak ya?”

“ Besok gue harus ketemu dia buat nyelesein semuanya”

Kira-kira seperi itu inti omongan cewek itu. Tampaknya si cewek berusaha untuk menyamarkan kata-katanya, agar orang yang mendengar suaranya tidak menaruh curiga.  Oups salah orang nih cewek, gak tahu aja dia gimana kemampuan ngupingku yang sudah terlatih bertahun-tahun. Sekiranya cewek ini berbicara dengan menggunakan kata sandi atau kode atau bahasa planet sekalipun, kemampuan detektif yang saya punya mampu menerjemahkan dengan akurat. Versiku sendiri tentunya.

Awalnya, sempat membuatku sedikit shock, namun berusaha untuk tidak menimbulkan tingkah yang mencurikagan. Aku nikmati saja kegiatan nguping untuk penghilang rasa suntuk. Sekaligus menghibur diri dengan sebuah cerita skandal.
Sepanjang perjalanan ke Padang, imajinasi liar di otakku mulai berkecamuk  membayangkan adegan dalam perbincangan  cewek tadi.  Apalagi dalam mobil dia duduk tepat di sebelahku, selama perjalanan tak henti-hentinya dia ber-sms dan berteleponan dengan seseorang,  kukira itu pacarnya. Lebih tepatnya rekan si cewek dalam melakukan skandal.




0 comments:

Post a Comment

2011/05/18

Penguping Cerita Skandal

Hari terakhir liburan panjang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketersediaan angkutan antar kota, khususnya mobil travel Padang-Bukittinggi. Setiap akhir pekan identik dengan kelangkaan angkutan, karena membludaknya penumpang yang akan pulang kampung.  Apalagi dengan adanya cuti bersama yang berdekatan dengan libur akhir pekan. Membuat orang-orang memanfaatkan kesempatan untuk liburan di kampung masing-masing. Tidak terkecuali aku, yang turut mengurangi populasi kota Padang untuk sementara waktu dengan segera mengunjungi kampung tercinta demi memanfaatkan empat hari masa liburan.

Hal yang membuatku sangat terganggu kalau pulang kampung disaat libur panjang ini adalah masalah kendaraan untuk balik. Berhubung aku belum memiliki kendaraan pribadi, dan tidak bisa memanfaatkan kepunyaan orangtua -karena memang tidak punya- mau tidak mau aku harus merelakan diri berebutan dengan penumpang lain. Ramainya minta ampun. Jika sudah begini, berdiri di tepi jalan dan menyetop mobil yang lewatpun percuma. Karena tidak akan ada yang mau berhenti lantaran pemumpangnya sudah melebihi kapasitas.

Satu-satunya hal yang bisa aku lakukan adalah menunggu mobil di terminal, membeli karcis, dan antri menunggu giliran. Saking ramainya orang, agen travelnya kehabisan armada untuk membawa penumpang. Sehingga aku harus menunggu giliran untuk diberangkatkan. Dan kegiatan menunggu yang terlalu lama inilah yang sangat membuatku jengkel. Apalagi hari sudah semakin sore, aku tak pernah tenang kalau melakukan perjalanan seorang diri di malam hari. Bukan apa-apa, aku hanya risih  dengan tingginya angka kriminalitas di Indonesia. Terlebih aku seorang wanita. Enggak enak jalan malam sendirian.

Rasa  bosanpun mulai menjalar, hampir dua jam aku duduk disini belum ada tampak tanda-tanta mobil berikutnya muncul. Aku lirik orang yang duduk di sebelah kananku. Sepertinya anak kuliahan, cowok berambul grondong dan berdandan ala emo ini tengah asyik menikmati musik dari BB-nya. Terlihat dari kedua telinganya yang disumpal headset dan kepalanya yang mengangguk-angguk pelan. Sekilas  kuperhatikan hape yang  kupegang. Sepertinya hape mono ini tidak bisa di  jadikan alat penghibur seperti hape cowok di sebelahku.

Di sebelah kiriku duduk seorang cewek, sepertinya aku sering melihat wajah orang ini. Setelah  kuperhatikan, ternyata benar cewek ini sekampus denganku, karena beberapa kali aku melihatnya wara-wiri di kampus, sepertinya dia tidak mengenaliku. Cewek ini sedang asyik ber-sms ria, malah kedua hapenya berdering silih berganti. Kemudian dia mengangkat telepon yang masuk dan berbicara dengan seseorang di seberang sana. Daripada bengong dan tidak tahu mesti melakukan apa, akupun iseng mencuri dengar percakapan si cewek dengan temannya. Sepertinya obrolan cewek ini menarik untuk disimak.

Padahal gue udah sering loncat-loncat, enggak hilang juga, kayaknya yang punya gue kuat.”

Akupun berpikir keras, loncat-loncat untuk menghilangkan sesuatu! Apa coba? Aku makin tertarik. Menampung setiap kata yang terlontar dari bibir cewek itu.

Lo pikir gue apaan!? Sumpah gak sering, Cuma sekali itu aja kok. Itupun karena dipaksa.”

Diam sejenak. Sementara seseorang diseberang telepon mulai bicara. ( Sayangnya kemampuan ngupingku terbatas, jadi tidak tahu apa kata orang di seberang telepon).

Gue benar-benar nyesel dengan apa yang terjadi.”

“ Yang udah terjadi mau diapakan, gue khilaf”

“ Enggak tahu bakal kayak gini kejadiannya”

“ Gue harus nyelesain masalah ini secepatnya, kuliah gue tinggal sebulan lagi semester ini”

“ Duh dilema banget”

“ Saran sepupu gue yang di psikologi, dilanjutin aja”

“ Pengennya sih dibuang aja.”

“ Emang lo mau merawat?”

“ Gue belom sanggup”

“ Lagian kan belum berbentuk”

“ Pake peluntur bisa nggak ya?”

“ Besok gue harus ketemu dia buat nyelesein semuanya”

Kira-kira seperi itu inti omongan cewek itu. Tampaknya si cewek berusaha untuk menyamarkan kata-katanya, agar orang yang mendengar suaranya tidak menaruh curiga.  Oups salah orang nih cewek, gak tahu aja dia gimana kemampuan ngupingku yang sudah terlatih bertahun-tahun. Sekiranya cewek ini berbicara dengan menggunakan kata sandi atau kode atau bahasa planet sekalipun, kemampuan detektif yang saya punya mampu menerjemahkan dengan akurat. Versiku sendiri tentunya.

Awalnya, sempat membuatku sedikit shock, namun berusaha untuk tidak menimbulkan tingkah yang mencurikagan. Aku nikmati saja kegiatan nguping untuk penghilang rasa suntuk. Sekaligus menghibur diri dengan sebuah cerita skandal.
Sepanjang perjalanan ke Padang, imajinasi liar di otakku mulai berkecamuk  membayangkan adegan dalam perbincangan  cewek tadi.  Apalagi dalam mobil dia duduk tepat di sebelahku, selama perjalanan tak henti-hentinya dia ber-sms dan berteleponan dengan seseorang,  kukira itu pacarnya. Lebih tepatnya rekan si cewek dalam melakukan skandal.




0 komentar:

Post a Comment

Copyright @ Miscellaneous Thoughts | Floral Day theme designed by SimplyWP | Bloggerized by GirlyBlogger | Distributed by: best blogger template personal best blogger magazine theme | cheapest vpn for mac cheap vpn with open ports