Pengajian Ala Audit Kecurangan


Satu – satunya dosen yang mewajibkan mahasiswanya untuk ikut pengajian sehabis jam kuliah usai adalah dosen yang mengajar mata kuliah Audit Kecurangan. Beliau adalah salah seorang aktivis dakwah hizbut tahrir, jadi tidak hanya ilmu yang berhungan dengan topik kuliah saja yang dibahas, namun beliau juga menyelipkan ilmu agama dan kajian keislaman yang berhubungan dengan materi wajib kuliah.
Namanya Ibu Yessi, beliau masih muda, berumur sekitar 27 tahun. Di mataku dia adalah sosok seorang wanita muslim ideal, penampilannya selalu anggun dengan balutan gamis dan kerudung panjang yang menutupi tubuhnya. Dia memiliki semangat dakwah yang tinggi, selalu menyampaikan ajaran-ajaran islam kepada kami, para mahasiswanya. Kadang aku dan teman-teman berasa berada di kelas mata kuliah agama ketimbang kelas audit, karena istilah-istilah islam sangat sering disinggung tiap pertemuan.
Selain pertemuan wajib, Ibu Yessi juga mewajibkan kami hadir pada kelas tambahan yang diadakan setelah kelas audit kecurangan usai. Pertemuana ini semacam pengajian selama satu jam, dimana kita akan membahas masalah etika profesi dan mengkaji islam lebih dalam . Berhubung pertemuan ini diadakan pada hari Jum’at, dimulai sekitar pukul 12 siang, maka hanya dihadiri oleh mahasiswa cewek, sebab para lelaki harus menunaikan shalat Jum’at. Sedangkan untuk mahasiswa non muslim, diwajibkan untuk mengikuti pengajian yang diadakan oleh agama masing-masing, dibuktikan dengan surat pengantar dari pembimbingnya.
Bagiku, hal ini sama sekali tidak menjadi masalah, malah aku cukup antusias mengikutinya. Waktu pelaksanaannya pun tidak menggangu aktivitasku yang lain. Sekedar untuk mengisi kekosongan jiwa dengan ilmun agama. Kadang aku merasa jenuh dengan membahas hal-hal duniawi melulu. Hidup perlu keseimbangan antara dunia dan akhirat. Tidak ada salahnya aku memambah ilmu agamaku yang masih secuil dengan mengikuti pengajian ini.
Setidaknya, kegiatan ini bisa memberi kontribusi untuk mengurangi bakal koruptor di negeri ini, karena kecurangan dan korupsi  kebanyakan dilakukan oleh para intelektual dan orang-orang yang pernah mengecap pendidikan tinggi. Pondasi yang kokoh harus ditanamkan semenjak dalam masa pendidikan sebelum para mahasiswa terjun kedunia kerja. Jika setiap lulusan akademisi telah memiliki modal berupa moral dan idealism yang tinggi, tentu  berbagai macam tindakan kecurangan tidak akan mengacaukan Indonesia.

0 comments:

Post a Comment

2011/05/21

Pengajian Ala Audit Kecurangan


Satu – satunya dosen yang mewajibkan mahasiswanya untuk ikut pengajian sehabis jam kuliah usai adalah dosen yang mengajar mata kuliah Audit Kecurangan. Beliau adalah salah seorang aktivis dakwah hizbut tahrir, jadi tidak hanya ilmu yang berhungan dengan topik kuliah saja yang dibahas, namun beliau juga menyelipkan ilmu agama dan kajian keislaman yang berhubungan dengan materi wajib kuliah.
Namanya Ibu Yessi, beliau masih muda, berumur sekitar 27 tahun. Di mataku dia adalah sosok seorang wanita muslim ideal, penampilannya selalu anggun dengan balutan gamis dan kerudung panjang yang menutupi tubuhnya. Dia memiliki semangat dakwah yang tinggi, selalu menyampaikan ajaran-ajaran islam kepada kami, para mahasiswanya. Kadang aku dan teman-teman berasa berada di kelas mata kuliah agama ketimbang kelas audit, karena istilah-istilah islam sangat sering disinggung tiap pertemuan.
Selain pertemuan wajib, Ibu Yessi juga mewajibkan kami hadir pada kelas tambahan yang diadakan setelah kelas audit kecurangan usai. Pertemuana ini semacam pengajian selama satu jam, dimana kita akan membahas masalah etika profesi dan mengkaji islam lebih dalam . Berhubung pertemuan ini diadakan pada hari Jum’at, dimulai sekitar pukul 12 siang, maka hanya dihadiri oleh mahasiswa cewek, sebab para lelaki harus menunaikan shalat Jum’at. Sedangkan untuk mahasiswa non muslim, diwajibkan untuk mengikuti pengajian yang diadakan oleh agama masing-masing, dibuktikan dengan surat pengantar dari pembimbingnya.
Bagiku, hal ini sama sekali tidak menjadi masalah, malah aku cukup antusias mengikutinya. Waktu pelaksanaannya pun tidak menggangu aktivitasku yang lain. Sekedar untuk mengisi kekosongan jiwa dengan ilmun agama. Kadang aku merasa jenuh dengan membahas hal-hal duniawi melulu. Hidup perlu keseimbangan antara dunia dan akhirat. Tidak ada salahnya aku memambah ilmu agamaku yang masih secuil dengan mengikuti pengajian ini.
Setidaknya, kegiatan ini bisa memberi kontribusi untuk mengurangi bakal koruptor di negeri ini, karena kecurangan dan korupsi  kebanyakan dilakukan oleh para intelektual dan orang-orang yang pernah mengecap pendidikan tinggi. Pondasi yang kokoh harus ditanamkan semenjak dalam masa pendidikan sebelum para mahasiswa terjun kedunia kerja. Jika setiap lulusan akademisi telah memiliki modal berupa moral dan idealism yang tinggi, tentu  berbagai macam tindakan kecurangan tidak akan mengacaukan Indonesia.

0 komentar:

Post a Comment

Copyright @ Miscellaneous Thoughts | Floral Day theme designed by SimplyWP | Bloggerized by GirlyBlogger | Distributed by: best blogger template personal best blogger magazine theme | cheapest vpn for mac cheap vpn with open ports