”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).” (QS An Nur: 26)
Ayat ini diturunkan ketika fitnah perselingkuhan meninpa Aisyah istri Rasulullah SAW. Kala itu dalam suatu perjalanan kembali dari ekspedisi penaklukan Bani Musthaliq, Aisyah ra terpisah tanpa sengaja dari rombongan karena mencari kalungnya yang hilang dan kemudian diantarkan pulang oleh Shafwan yang juga tertinggal dari rombongan karena ada suatu keperluan. Kemudian Aisyah naik ke untanya dan dikawal oleh Shafwan menyusul rombongan Rasullullah SAW dan para shahabat, akan tetapi rombongan tidak tersusul dan akhirnya mereka sampai di Madinah.
Peristiwa ini akhirnya menjadi fitnah dikalangan umat muslim kala itu karena terhasut oleh isu dari golongan Yahudi dan munafik; jika telah terjadi apa-apa antara Aisyah dan Shafwan. Masalah menjadi sangat pelik karena sempat terjadi perpecahan diantara kaum muslimin yang pro dan kontra atas isu tersebut. Sikap Rasulullah juga berubah terhadap ‘Aisyah, beliau menyuruh ‘Aisyah untuk segera bertaubat. Sementara ‘Aisyah tidak mau bertaubat karena tidak pernah melakukan dosa yang dituduhkan kepadanya, ia hanya menangis dan berdoa kepada Allah agar menunjukkan yang sebenarnya terjadi.
Kemuadian turunlah wahyu kepada Rasulullah karena peristiwa tersebut. Dalam ayat ini Allah hendak menunjukkan sebuah kebenaran bahwa Rasulullah adalah manusia terbaik di muka bumi yang telah dijamin segala dosanya akan diampuni dan telah mendapat jaminan pasti masuk surga tentunya mendapat pasangan yang setara dengan beliau yaitu wanita terhormat dan mulia, maka Allah hendak meyakinkan Rasulullah bahwa karena beliau adalah manusia terbaik tentunya Allah memberikan istri yang terbaik pula bagi beliau.
Makna yang terkandung dalam ayat ini adalah adanya keselarasan atau keseimbangan seseorangan dalam mendapatkan pasangannya. Perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, begitu pula sebaliknya. Baik dilihat dari segi agamanya, akhlaknya, pengetahuannya, bahkan keburukannya. Intinya seseorang akan mendapatkan jodoh yang selevel dengannya.
Memang kenyataannya demikian, wanita yang shalehah dan berpendidikan biasanya berjodoh dengan laki-laki shaleh dan berpendidikan pula. Begitu pula dengan orang-orang yang berperangai buruk, jodohnya adalah orang yang sifatnya juga seperti itu.
Meskipun tetap ada orang yang baik bertemu dengan orang jahat. Seperti istri Nabi Luth dan Nabi Nuh yang istrinya durhaka kepada Allah atau Asiyah Binti Mazahim istri Fir'aun yang sombong. Ada ayat yang menjelaskan bahwa bisa jadi pasangan (jodoh) kita adalah ujian bagi kita dan Allah menghendaki ini terjadi pada orang-orang yang dia kehendaki. sebagaimana Firman Allah dalam Surat At Tahrim Ayat 10 – 11.
"Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)".
"Dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisiMu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim".
Jadi Allah menyuruh kita untuk mencari pendamping hidup yang selevel dalam artian kita shaleh jangan cari pendamping yang ahli maksiat, dengan mendewakan cinta. Cinta juga harus realistis. Dan jangan berharap mendapatkan pasangan yang baik jika kita tidak memperbaiki kualitas diri.
Bagai pungguk merindukan bulan. Terkadang saya memiliki banyak tuntutan dalam hidup termasuk dalam hal jodoh. Saya mempunyai nilai yang tinggi untuk pasangan hidup saya nanti. Bahkan hampir lupa berkaca pada diri sendiri, dan lalai menilai kualitas diri. Di dunia selalu berlaku hubungan timbal balik dan azas aksi reaksi, dimana kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, begitupun kejahatan akan diberi ganjaran kejahatan pula.
Karena saya belum menemukan pasangan hidup, lebih baik saat ini berfikir dan berusaha menjadi level yang baik, kualitas yang mulia di mata manusia dandi hadapan Allah daripada sibuk menilai dan menimbang-nimbang seseorang yang diinginkan. Berusaha memperbaiki diri dengan menjadi perempuan mulia Karena jika sudah memiliki nilai yang tinggi di hadapan Allah, maka Allah akan memberi jodoh atau pasangan hidup yang gak bakal jauh dari level kita kecuali Allah berkehendak lain.
Ya Rabb, anugerahilah hidupku dengan seseorang yang mulia di hadapan-Mu.
0 comments:
Post a Comment