Taufik Ismail
DUA GUNUNG KEPADAKU BICARA
Kepada Singgalang bertanya aku
Wahai gunung masa kanakku di lututmu kampung ibuku
Kenapa indahmu dari dahulu tak habis-habis jadi rinduku
kepada Merapi berkata aku
Wahai gunung masa bayiku di telapakmu kampung ayahku
Kenapa gagahmu dari dahulu tak habis-habis dari ingatanku
Kedua gunung tentu saja
Cuaca dingin bahasanya
Kabut putih kosa katanya
Rintik hujan ungkapnnya
Senyap biru bisikannya
Kepada dua gunung kuulang tanya
Berjawab lewat desahan jutaan daun rimba raya
Bergema begitu indahnya lewat margasatwa
Ombak nyanyian insekta betapa merdunya
Bertanyalah pada Yang Di Atas Sana
( Idul Adha, Senin, 8 Desember 2008. Nagari Aie Angek, di seberang Nagari Pandai Sikek)
Decak kagum keluar dari bibirku saat membaca puisi karya sang maestro Taufik Ismail yang terpampang di dinding luar sebuah ruangan di kompleks Rumah Puisi.
Sampai detik ini aku masih mengagumi sosok Taufik Ismail dengan mahakaryanya yang membuatku merinding ketika membacanya. Karena alasan itu pula aku menyempatkan diri untuk singgah ke Rumah Puisi Taufik Ismail, padahal sudah setahun lebih bangunan itu berdiri, namun baru kali ini aku bisa menapakinya.
Rumah Puisi ini terletak di Jl. Raya Padangpanjang-Bukittinggi, Km. 6, Nagari Aie Angek Kec. X Koto, Kab. Tanah Datar, Sumatera Barat, tepatnya di kaki gunung Merapi, berseberangan dengan daerahku yaitu Nagari Pandai Sikek yang terletak di kaki gunung Singgalang. Jaraknya cukup dekat dari tempat aku tinggal, sekitar limabelas menit perjalanan dengan kendaraan. Berada si sana kita akan di suguhi pemandangan indah dari kedua lereng gunung, Sejauh mata memandang terlhat hamparan sawah dan ladang yang luas.Selain bisa menikmati puisi dan
karya sastra, di sini kita juga di suguhi pemandangan alam yang memikat. Serta taman bunga yang indah terbentang di halamannya, menggelitik mata siapa saja yang memandang.
Ketika aku berkunjung, tak satupun pengunjung lain yang datang. pengunjung hanya kami berdua yaitu aku dan Nina. Selebihnya para karyawan yang bertugas menjaga dan merawat lingkungan Rumah Puisi, serta terdapat beberapa orang pekerja bangunan yang sibuk menyelesaikan pembangunan komplek tersebut. Memang kawasan itu belum selesai seratus persen, masih ada beberapa bangunan yang masih berada dalam proses penyelesaian. Namun gedung utamanya telah lebih dulu siap dan dapat dikunjungi. Sebuah ruangan yang lumayan besar, di dalamnya terdapat aula, ruang baca, dan perpustakaan koleksi karya Taufik Ismail serta koleksi buku sastra lainnya. Namun sayang aku tidak dapat masuk ke dalam untuk membaca koleksi buku di sana. Aku nggak tau kenapa hari ini Rumah puisi tutup, padahal bukan hari libur. Tapi it's ok, toh aku masih bisa menikmatinya dari luar, mungkin rumah puisi menginginkan aku berulang kali mengunjunginya. Yeah, next time I'll be there. I love this place.
Wahai gunung masa kanakku di lututmu kampung ibuku
Kenapa indahmu dari dahulu tak habis-habis jadi rinduku
kepada Merapi berkata aku
Wahai gunung masa bayiku di telapakmu kampung ayahku
Kenapa gagahmu dari dahulu tak habis-habis dari ingatanku
Kedua gunung tentu saja
Cuaca dingin bahasanya
Kabut putih kosa katanya
Rintik hujan ungkapnnya
Senyap biru bisikannya
Kepada dua gunung kuulang tanya
Berjawab lewat desahan jutaan daun rimba raya
Bergema begitu indahnya lewat margasatwa
Ombak nyanyian insekta betapa merdunya
Bertanyalah pada Yang Di Atas Sana
( Idul Adha, Senin, 8 Desember 2008. Nagari Aie Angek, di seberang Nagari Pandai Sikek)
Decak kagum keluar dari bibirku saat membaca puisi karya sang maestro Taufik Ismail yang terpampang di dinding luar sebuah ruangan di kompleks Rumah Puisi.
Sampai detik ini aku masih mengagumi sosok Taufik Ismail dengan mahakaryanya yang membuatku merinding ketika membacanya. Karena alasan itu pula aku menyempatkan diri untuk singgah ke Rumah Puisi Taufik Ismail, padahal sudah setahun lebih bangunan itu berdiri, namun baru kali ini aku bisa menapakinya.
Rumah Puisi ini terletak di Jl. Raya Padangpanjang-Bukittinggi, Km. 6, Nagari Aie Angek Kec. X Koto, Kab. Tanah Datar, Sumatera Barat, tepatnya di kaki gunung Merapi, berseberangan dengan daerahku yaitu Nagari Pandai Sikek yang terletak di kaki gunung Singgalang. Jaraknya cukup dekat dari tempat aku tinggal, sekitar limabelas menit perjalanan dengan kendaraan. Berada si sana kita akan di suguhi pemandangan indah dari kedua lereng gunung, Sejauh mata memandang terlhat hamparan sawah dan ladang yang luas.Selain bisa menikmati puisi dan
karya sastra, di sini kita juga di suguhi pemandangan alam yang memikat. Serta taman bunga yang indah terbentang di halamannya, menggelitik mata siapa saja yang memandang.
Ketika aku berkunjung, tak satupun pengunjung lain yang datang. pengunjung hanya kami berdua yaitu aku dan Nina. Selebihnya para karyawan yang bertugas menjaga dan merawat lingkungan Rumah Puisi, serta terdapat beberapa orang pekerja bangunan yang sibuk menyelesaikan pembangunan komplek tersebut. Memang kawasan itu belum selesai seratus persen, masih ada beberapa bangunan yang masih berada dalam proses penyelesaian. Namun gedung utamanya telah lebih dulu siap dan dapat dikunjungi. Sebuah ruangan yang lumayan besar, di dalamnya terdapat aula, ruang baca, dan perpustakaan koleksi karya Taufik Ismail serta koleksi buku sastra lainnya. Namun sayang aku tidak dapat masuk ke dalam untuk membaca koleksi buku di sana. Aku nggak tau kenapa hari ini Rumah puisi tutup, padahal bukan hari libur. Tapi it's ok, toh aku masih bisa menikmatinya dari luar, mungkin rumah puisi menginginkan aku berulang kali mengunjunginya. Yeah, next time I'll be there. I love this place.
1 comments:
terimakasih telah berbagi...
Post a Comment