Membendung Abrasi

Tiap detik dalam waktu kita , laut tak pernah henti mengirimkan ombaknya ke tepi pantai. Siapa yang bisa menghentikannya? Tiada kecuali Tuhan. Maka yang kita terima dari ketiadaan itu adalah abrasi, pengikisan yang berlangsung secara perlahan namun pasti. Daratan kita lenyap dalam diam. Gerusan ombak itu menghasilkan ekspansi kekuatan lautan atas daratan, tak terhitung rembesan garamnya yang telah mengasinkan air tanah dengan radius yang jauh. Kita hanya ternganga, dan tak ada yang bisa kita perbuat, kecuali menerimanya sebagai peristiwa alamiah saja.

Inilah ibarat yang bisa kita pakai untuk memaknai betapa kuasanya media syahwat itu atas daratan kesadaran hidup kita. Mereka menggempur tiap detik dalam waktu kita, lewat pojok gelap keseharian kita; VCD; tabloid, situs, majalah, film... lalu apa yang kita terima dari ketiadahentian itu, juga adalah abrasi, pengikisan moralitas yang berlangsung secara perlahan tapi pasti. Daratan kesadaran kita bergeser dalam diam, dalam kontroversi , dalam kemunafikan, dalam taubat yang lambat. Gerusan media syahwat itu menghasilkan ekspansi kekuatan kejahatan kapitalistik yang terencana atas kebaikan yang daif dan compang-camping, tak terhitung rembesan pengaruhnya yang telah menumbangkan tunas-tunas muda dalam pusaran mahadahsyat lost generation, dalam radius gapai yang makin jauh; bahkan anak-anak usia SD telah fasih mempertontonkan adegan birahi dalam cadel mulutnya, kemayu gaya, dan kegiatan seks "kecil-kecilan" mereka.

Nah, siapakah yang dapat menghentikan laju gerusan yang tak terbendung ini?Mestinya kita semua, jika mengingat bahwa membendung abrasi adalah tindakan yang sama sejatinya dengan perang hak-batil yang baru berakhir setelah kehidupan di dunia ini dibubarkan. Kebaikan harus menjadi kekuatan kapitalistik terencana, dalam arti ia dibiayaidan dipikirkan secara profesional. tanpa begitu, akan makin banyak orang yang menjadi hancur dalam diam, dan makin sedikit orang yang menjadibaik-dalam kelelahan berjibaku dengan gerusan abrasi lautan kejahatan.

Iyus. Catcil. Annida No.7/XV/15 Maret - 15 April 2006.

0 comments:

Post a Comment

2015/04/03

Membendung Abrasi

Tiap detik dalam waktu kita , laut tak pernah henti mengirimkan ombaknya ke tepi pantai. Siapa yang bisa menghentikannya? Tiada kecuali Tuhan. Maka yang kita terima dari ketiadaan itu adalah abrasi, pengikisan yang berlangsung secara perlahan namun pasti. Daratan kita lenyap dalam diam. Gerusan ombak itu menghasilkan ekspansi kekuatan lautan atas daratan, tak terhitung rembesan garamnya yang telah mengasinkan air tanah dengan radius yang jauh. Kita hanya ternganga, dan tak ada yang bisa kita perbuat, kecuali menerimanya sebagai peristiwa alamiah saja.

Inilah ibarat yang bisa kita pakai untuk memaknai betapa kuasanya media syahwat itu atas daratan kesadaran hidup kita. Mereka menggempur tiap detik dalam waktu kita, lewat pojok gelap keseharian kita; VCD; tabloid, situs, majalah, film... lalu apa yang kita terima dari ketiadahentian itu, juga adalah abrasi, pengikisan moralitas yang berlangsung secara perlahan tapi pasti. Daratan kesadaran kita bergeser dalam diam, dalam kontroversi , dalam kemunafikan, dalam taubat yang lambat. Gerusan media syahwat itu menghasilkan ekspansi kekuatan kejahatan kapitalistik yang terencana atas kebaikan yang daif dan compang-camping, tak terhitung rembesan pengaruhnya yang telah menumbangkan tunas-tunas muda dalam pusaran mahadahsyat lost generation, dalam radius gapai yang makin jauh; bahkan anak-anak usia SD telah fasih mempertontonkan adegan birahi dalam cadel mulutnya, kemayu gaya, dan kegiatan seks "kecil-kecilan" mereka.

Nah, siapakah yang dapat menghentikan laju gerusan yang tak terbendung ini?Mestinya kita semua, jika mengingat bahwa membendung abrasi adalah tindakan yang sama sejatinya dengan perang hak-batil yang baru berakhir setelah kehidupan di dunia ini dibubarkan. Kebaikan harus menjadi kekuatan kapitalistik terencana, dalam arti ia dibiayaidan dipikirkan secara profesional. tanpa begitu, akan makin banyak orang yang menjadi hancur dalam diam, dan makin sedikit orang yang menjadibaik-dalam kelelahan berjibaku dengan gerusan abrasi lautan kejahatan.

Iyus. Catcil. Annida No.7/XV/15 Maret - 15 April 2006.

0 komentar:

Post a Comment

Copyright @ Miscellaneous Thoughts | Floral Day theme designed by SimplyWP | Bloggerized by GirlyBlogger | Distributed by: best blogger template personal best blogger magazine theme | cheapest vpn for mac cheap vpn with open ports