Selamat Menua


Selamat ulang tahun kawan, selamat menua!
Entah dimana keberadaanmu sekarang, kabarnya kau merantau ke pulau seberang.  Aku kehilangan jejakmu, semenjak kau putuskan meninggalkan kota itu. Diam-diam kau enyahkan langkahmu menjauh dari kampung halaman. Tentu seribu satu alasan yang menekan kepalamu, sehingga kau memilih lari, menanggalkan belenggu yang menyakiti. Lalu menjemput mimpi-mimpi yang dulu pernah kau lontarkan padaku ditepian danau tak beriak.
Raihlah kebahagiaanmu. Apa yang kau inginkan memang sepantasnya kau dapat.  Jika kau temukan secercah cahaya disana, ikutilah! Kelak akan menuntunmu menapaki jalan gelap dan berbatu. Tak apa seandainya sesekali kau jatuh tersungkur,  pun darah mengucur dari lututmu.  Bertahan dan bangunlah segera. Karena setelah terjerembab, kau akan belajar berhati-hati dalam melangkah. Dan perlahan, lukamu pun akan menyembuh segera.
Belajarlah menghargai hidup. Karena hidup tertalu singkat untuk kau habiskan dengan hal-hal tidak berguna. Klise memang. Namun benar begitu adanya. Lihat kegagalan dari kakak-kakakmu, mereka bukanlah orang tidak cakap, hanya saja mereka tidak mampu memilih mana sepatutnya jalan yang diturut. Tak perlu kau manjakan gelora jiwa mudamu yang menggebu untuk dilampiaskan, ketahuilah masa depanmu lebih penting dari itu. Kuyakin kau tidak akan mempertaruhkannya, hanya untuk kenikmatan sesaat.
Abaikan saja bisikan setan yang meniup-niup telingamu untuk mengecap barang terlarang itu. Ilusi takkan penah melenyapkan derita secuilpun, malah akan merapatkan jarakmu dengan Izrail. Kuharap kau segera memusuhi obat itu. Begitu pula dengan anggur yang kerap kau teguk, hindarilah sebelum kau benar-benar gila. Tak usah kau hiraukan teman-temanmu yang meracau. Palingkan saja wajahmu dan punggungi mereka saat merayu. Kutahu kau berbeda. Kau punya hati.
Adakah kau punya kekasih di sana? Aku sangat mahfum bahwa kau seorang pemuja cinta, mana bisa kau bertahan tanpa gadis disampingmu. Perlakukan perempuanmu selayaknya manusia, terlebih sebagai seorang wanita. Kau tak harus menyentuhnya, jika kau tahu itu bukan waktunya. Jangan nodai bayi lucu itu karena berahimu. Perempuan hanya butuh penghargaan seutuhnya baik hati maupun tubuhnya, selayaknya dirimu butuh dihargai. Kau tak perlu menggamitnya setiap saat. Aku tahu, karena aku perempuan. Ketahuilah, perempuan itu seperti nyanyian ibu menjelang tidur, melenakan. Dia selaksa bunga opium, kau akan terbius jika terus-menerus menciumi baunya. Menyoal perempuan ingat selalu ibu dan kelima adik perempuanmu.
Kita belajar dari kesalahan yang menjadi cambuk dalam proses pendewasaan. Tak selamanya kita muda. Lihatlah waktu terus berdetak merambat, membawamu terus dewasa, hingga jatah hidupmu semakin berkurang. Kasalahan masa lalu bukan hal yang patut disesali, tetapi ia adalah pelajaran untuk menemukan kebenaran dan merubah diri menjadi manusia yang lebih baik. Kegagalan hanyalah proses untuk mencapai kebahagiaan. Bukankah kita baru tahu bagaimana rasa bahagia setelah megecap perihnya kesengsaraan?
Sebagai lelaki yang menapaki tangga dewasa, tentu tanggungjawapmu pun semakin bertambah. Jadilah pria sejati yang mencintai keluargamu. Katamu, tak ada yang lebih membuatmu bahagia selain melihat binar bahagia di mata ibumu. Adik-adikmu masih membutuhkan uluran tanganmu untuk meraih cita-cita mereka. Tak lepas dari tanggung jawabmu sebagai kakak, buat mereka mengenang jasamu seumur hidup mereka. Bangga pun membuncah, menyaksikan adik-adikmu sukses dikehidupan mereka kelak. Bagitulah selayaknya tanggung jawab laki-laki yang menyayangi keluarganya. Jangan berkaca pada ayahmu, pecundang yang sampai hati menelantarkan anak istrinya. Sungguh, lelaki yang demikian tidak patut kau tiru.
Selamat ulang tahun, kawan. Selamat dewasa!
Kurasa aku merindukanmu, fragmen masa muda kita bergerak-gerak di memori otakku. Seakan aku dibawa ke masa lalu, masa indah yang pernah kita lalui dengan buliran air mata dan derai gelak tawa. Aku mengerti bahwa kehidupan ini berubah, kau berjibaku dengan jalan hidupmu, begitu pula aku. Kita lahir dari ketidaksempurnaan, dari sanalah kita belajar menjadi sesuatu yang berharga. Hari ini, aku mengenangmu, mengenang kita dengan setitik air di sudut mata, lalu menghilang di pipi tanpa bisa kucegah. Sesudahnya kubisikkan sebaris do’a untuk kebahagiaanmu.  
Pandaisikek, 27 Maret 2011

0 comments:

Post a Comment

2011/04/02

Selamat Menua


Selamat ulang tahun kawan, selamat menua!
Entah dimana keberadaanmu sekarang, kabarnya kau merantau ke pulau seberang.  Aku kehilangan jejakmu, semenjak kau putuskan meninggalkan kota itu. Diam-diam kau enyahkan langkahmu menjauh dari kampung halaman. Tentu seribu satu alasan yang menekan kepalamu, sehingga kau memilih lari, menanggalkan belenggu yang menyakiti. Lalu menjemput mimpi-mimpi yang dulu pernah kau lontarkan padaku ditepian danau tak beriak.
Raihlah kebahagiaanmu. Apa yang kau inginkan memang sepantasnya kau dapat.  Jika kau temukan secercah cahaya disana, ikutilah! Kelak akan menuntunmu menapaki jalan gelap dan berbatu. Tak apa seandainya sesekali kau jatuh tersungkur,  pun darah mengucur dari lututmu.  Bertahan dan bangunlah segera. Karena setelah terjerembab, kau akan belajar berhati-hati dalam melangkah. Dan perlahan, lukamu pun akan menyembuh segera.
Belajarlah menghargai hidup. Karena hidup tertalu singkat untuk kau habiskan dengan hal-hal tidak berguna. Klise memang. Namun benar begitu adanya. Lihat kegagalan dari kakak-kakakmu, mereka bukanlah orang tidak cakap, hanya saja mereka tidak mampu memilih mana sepatutnya jalan yang diturut. Tak perlu kau manjakan gelora jiwa mudamu yang menggebu untuk dilampiaskan, ketahuilah masa depanmu lebih penting dari itu. Kuyakin kau tidak akan mempertaruhkannya, hanya untuk kenikmatan sesaat.
Abaikan saja bisikan setan yang meniup-niup telingamu untuk mengecap barang terlarang itu. Ilusi takkan penah melenyapkan derita secuilpun, malah akan merapatkan jarakmu dengan Izrail. Kuharap kau segera memusuhi obat itu. Begitu pula dengan anggur yang kerap kau teguk, hindarilah sebelum kau benar-benar gila. Tak usah kau hiraukan teman-temanmu yang meracau. Palingkan saja wajahmu dan punggungi mereka saat merayu. Kutahu kau berbeda. Kau punya hati.
Adakah kau punya kekasih di sana? Aku sangat mahfum bahwa kau seorang pemuja cinta, mana bisa kau bertahan tanpa gadis disampingmu. Perlakukan perempuanmu selayaknya manusia, terlebih sebagai seorang wanita. Kau tak harus menyentuhnya, jika kau tahu itu bukan waktunya. Jangan nodai bayi lucu itu karena berahimu. Perempuan hanya butuh penghargaan seutuhnya baik hati maupun tubuhnya, selayaknya dirimu butuh dihargai. Kau tak perlu menggamitnya setiap saat. Aku tahu, karena aku perempuan. Ketahuilah, perempuan itu seperti nyanyian ibu menjelang tidur, melenakan. Dia selaksa bunga opium, kau akan terbius jika terus-menerus menciumi baunya. Menyoal perempuan ingat selalu ibu dan kelima adik perempuanmu.
Kita belajar dari kesalahan yang menjadi cambuk dalam proses pendewasaan. Tak selamanya kita muda. Lihatlah waktu terus berdetak merambat, membawamu terus dewasa, hingga jatah hidupmu semakin berkurang. Kasalahan masa lalu bukan hal yang patut disesali, tetapi ia adalah pelajaran untuk menemukan kebenaran dan merubah diri menjadi manusia yang lebih baik. Kegagalan hanyalah proses untuk mencapai kebahagiaan. Bukankah kita baru tahu bagaimana rasa bahagia setelah megecap perihnya kesengsaraan?
Sebagai lelaki yang menapaki tangga dewasa, tentu tanggungjawapmu pun semakin bertambah. Jadilah pria sejati yang mencintai keluargamu. Katamu, tak ada yang lebih membuatmu bahagia selain melihat binar bahagia di mata ibumu. Adik-adikmu masih membutuhkan uluran tanganmu untuk meraih cita-cita mereka. Tak lepas dari tanggung jawabmu sebagai kakak, buat mereka mengenang jasamu seumur hidup mereka. Bangga pun membuncah, menyaksikan adik-adikmu sukses dikehidupan mereka kelak. Bagitulah selayaknya tanggung jawab laki-laki yang menyayangi keluarganya. Jangan berkaca pada ayahmu, pecundang yang sampai hati menelantarkan anak istrinya. Sungguh, lelaki yang demikian tidak patut kau tiru.
Selamat ulang tahun, kawan. Selamat dewasa!
Kurasa aku merindukanmu, fragmen masa muda kita bergerak-gerak di memori otakku. Seakan aku dibawa ke masa lalu, masa indah yang pernah kita lalui dengan buliran air mata dan derai gelak tawa. Aku mengerti bahwa kehidupan ini berubah, kau berjibaku dengan jalan hidupmu, begitu pula aku. Kita lahir dari ketidaksempurnaan, dari sanalah kita belajar menjadi sesuatu yang berharga. Hari ini, aku mengenangmu, mengenang kita dengan setitik air di sudut mata, lalu menghilang di pipi tanpa bisa kucegah. Sesudahnya kubisikkan sebaris do’a untuk kebahagiaanmu.  
Pandaisikek, 27 Maret 2011

0 komentar:

Post a Comment

Copyright @ Miscellaneous Thoughts | Floral Day theme designed by SimplyWP | Bloggerized by GirlyBlogger | Distributed by: best blogger template personal best blogger magazine theme | cheapest vpn for mac cheap vpn with open ports