
Sayap-sayap patah
Wahai langit tanyakan pada-Nya
Mengapa Dia menciptakan sekeping hati ini
Begitu rapuh dan mudah terluka
Saat dihadapkan dengan duri-duri cinta
Begitu kuat dan kokoh saat berselimut cinta dan asa
Mengapa dia menciptakan rasa sayang
dan rindu di dalam hati ini
Mengisi kekosongan di dalamnya
Menyisakan kegelisahan akan sosok sang kekasih
Menimbulkan segudang tanya menghimpun berjuta asa
Memberikan semangat juga meninggalkan kepedihan
yang tak terkira
Mengapa ia menciptakan kegelisakan dalam relung jiwa
Menghimpit bayangan menyesakkan dada
Tak berdaya melawan gejolak yang menerpa
Wahai ilalang…
Pernah kah kau merasakan rasa yang begitu menyiksa ini
Mengapa kau hanya diam katakana padaku
Sebuah kata yang bisa meredam gejolak hati ini
Sesuatu yang dibutuhkan raga ini
Sebagai pengobat rasa sakit yang tak terkendali
Desiran angin membuat berisik dirimu
Seolah ada sesuatu yang kau ucapkan padaku
Aku tak tahu apa maksudmu hanya menduga
Bisikanmu mengatakan ada seseorang di balik bukit sana
Menunggumu dengan setia
Menghargai apa arti cinta
Hati yang terjatuh dan terluka
Merobek malam menoreh seribu duka
Kukepakkan sayap-sayap patahku
Mengikuti hembusan angin yang berlalu
Dia retak, hancur bagai serpihan cermin
Berserakan….
Sebelum hilang diterpa angin
Sambil terduduk lemah kucoba kembali mengais sisa hati
Bercampur baur dengan debu
Ingin ku rengkuh ku gapai kepingan di sudut hati
Hanya bayangan yang ku dapat
Ia menghilang saat mentari turun dari peraduannya
Tak sanggup ku kepakkan lagi sayap ini
Ia telah patah tertusuk duri-duri yang tajam
Hanya bisa meratap, meringis
Mencoba menggapai sebuah pegangan
Cinta yang telah memaksaku berdiri diantara terjalnya tebing keraguan yang sebentar lagi roboh menyempurnakan jeritan panjangku
Aku telah mengejar sang waktu meski dengan bayang semu
Meski dengan kasih yang membisu
Syair cinta
Semoga sayap patahku cukup menghangatkan pengeran hati
Yang melambungkan bahagiaku
Meneduhkan di saat diri telah merapuh
Kini ku mengerti arti penentian memahami arti gelombang sebelum daratan
Saat ksatria kejora memanah bintang di angkasa
Derai tawaku menjadi bintang dilangit terang binary metaku cahaya di jiwanya
Dilabuhan hatiku
Lembut sayap-sayap kelam telah menyelubung senyap lengkung bumi
Teduh rimbun malampun luruh menudungi ubun hari yang lelah
Deras lantunan doa dalam darah mendebarkan kembali damba lama
Dengun lebah belantar Kristal cahaya disebarkan angin dingin membasah
Lalu kualirkan seribu daun perahu dari hulu hati ke arah hilir
Menuju cintaku yang dahulu kularung mereka dengan kemurungan
Yang sempurna sakan kekal bertarung mengarung arus digariskan
Sakal angin dan delapan cagak karang tegak
menghadang garang dalam kegelapan
Selamatkanlah dedaun yang gerimis dari dadaku itu masih kusebut namamu
Meski sahutmu sungguh lembut mendesir lebih sembunyi dari rahasiaku
Selamatkan pula kenangan yang kian berkeping di tengah ingatan ini
Sebelum mengghambur debu tinggal gaung hampa
Berulang meraung samar di relung lupa
Sayang
Sekarang geletar pijar fajar mewarna diufuk
Bintang memudar sinarnya menyisih ke lubuk galaksi jauh
Namun di tangkai tanganku
Tengah bermekaran mawarmu
0 comments:
Post a Comment